Selasa, 04 Desember 2018


MAKALAH
PARADIGMA, MASALAH, DAN VARIABEL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Problematika Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu: Dr. Parji , M.Pd



DI SUSUN OLEH
SUMARNI
NIM : 16612003
&
SUGIONO RUSLAN
NIM : 16612010





IKIP PGRI MADIUN
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami munajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Metode Penelitian dengan judul Paradigma, Masalah dan Variabel Penelitian ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai definisi atau pengertian dari Paradigma, klasifikasi Paradigma Penelitian, Penelitian Kualitatif, Penelitian Kuantitatif, Pengertian Masalah, cara menemukan masalah, penemuan permasalahan, perumusan permasalahan, Bentuk perumusan masalah, Pengertian variable, pengertian variabel penelitian, Jenis – jenis variabel penelitian, difinisi operasional variabel penelitian.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Paradigma, Masalah danVariabel dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini pun penyusun  masih dalam tahapan belajar, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai akhir.


                                                                                    Madiun , 30 September 2016

                                                                                                   Penulis






                                                                        ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................                 i
KATA PENGANTAR ...................................................................................                     ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................                     iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................                     1
                    A.    LatarBelakangMasalah................................................................                     1
                    B.     RumusanMasalah.........................................................................                     2
                    C.     TujuanPenulisan..........................................................................                     2
                            
BAB II URAIAN PEMBAHASAN................................................................                     3
                    A. Pengertian variabel........................................................................                     2
              B. Pengertian variabel penelitian.......................................................                     3
              C. Jenis – Jenis variabel penelitian....................................................                     4
              D. Definisi operasional variabel penelitian.......................................                     6
                       
BAB III PENUTUP ........................................................................................                     7
                    A.    Simpulan........................................................................................                     7
                    B.     Saran .............................................................................................                     7

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................                                     8







                                                                        Iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.        LATAR BELAKANG MASALAH
Penelitian bukan hanya boleh dan dapat dilakukan di bidang ilmu pengetahuan alam saja. Penelitian dapat dilakukan diseluruh bidang ilmu. Kalau ada pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka jawabannya berkenaan dengan objek atau penelitian. Ruang lingkup objek penelitian pendidikan adalah hal -hal apa saja yang berhubungan dengan  pendidikan, baik yang terjadi disekolah, diluar sekolah maupun kaitan antara keduanya. Pendidikan di dalam keluarga juga merupakan objek penelitian pendidikan yang menarik.
Dalam makalah ini di jelaskan tentang latar belakang Permasalahannya antara lain : Apa pengertian  Paradigma? apa saja klasifikasi Paradigma Penelitian? apa pengertian Masalah ? bagaimana cara menemukan masalah? bagaimana penemuan permasalahan?  bagaimana cara perumusan permasalahan? apa saja bentuk perumusan masalah? apa pengertian  variabel?, Apa pengertian variabel penelitian ? Apa jenis– jenis variabel penelitian ?, Apa difinisi operasional variabel penelitian?.
                                                                                                                       
B.         RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah metodologi penelitian ini adalah :
1.      Menjelaskan  pengertian Paradigma
2.      Menjelaskan klasifikasi paradigma penelitian..
3.      Menjelaskan Pengertian Masalah
4.      Menjelaskan Bagaimana cara menemukan masalah
5.      Menjelaskan Cara perumusan masalah
6.      Menjelaskan bentuk-bentuk perumusan masalah
7.      Menjelaskan  pengertian variabel
8.      Menjelaskan pengertian variabel penelitian..
9.      Menjelaskan jenis – jenis variabel penelitian.
10.  Menjelaskan difinisi operasional variabel penelitian.

C.    TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami pengertian paradigma, masalah dan variabel, mengetahui klasifikasi paradigma penelitian, mengetahui cara menemukan dan merumuskan permasalahan dalam penelitian, mengetahui pengertian variabel penelitian, mengetahui jenis – jenis variabel penelitian , mengetahui difinisi operasional variabel penelitian.




















BAB  II
URAIAN PEMBAHASAN

A.    PARADIGMA PENELITIAN
1.      Pengertian Paradigma
Dalam catatan Ari Fakhri istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu yang menghasilkan mode of knowing yang efektif.
Demikian juga oleh Friedrichs menyebutkan paradigma sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Asmani Alsa, 2003 dalam bukunya yang berjudul “Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi” menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti.
Diungkapkan juga oleh Fahri dalam http://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/pengertian-masalah-variabel-paradigma-penelitian/, bahwa paradigma penelitian  merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa paradigm penelitian adalah cara berpikir yang sangat mendalam untuk mengetahui pokok persoalan  berdasarkan asumsi, konsep atau proposisi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian


2.      Klasifikasi Paradigma Penelitian
a.      Penelitian Kuantitatif
Paradigma   kuantitatif   menekankan   pada   pengujian   teori   melalui pengukuran  variabel  penelitian  dengan  angka  dan  melakukan  analisis  data dengan    prosedur    statistik.   Penelitian    yang    menggunakan    pendekatan deduktif  yang  bertujuan  untuk  menguji  hipotesis  merupakan  penelitian  yang menggunakan  paradigma  kuantitatif. Paradigma  ini  disebut  juga  dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Jenis penelitian yang termasuk dalam paradigma penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan tujuan penelitian dan karakteristik masalah.
a.1. Berdasarkan tujuan, penelitian dapat dibedakan atas: (a) penelitian dasar dan  (b)  penelitian  terapan.  Prosedur  yang  digunakan  oleh penelitian  dasar  dan  penelitian  terapan  secara  substansi  tidak  berbeda. Keduanya  menggunakan  metode  ilmiah  yang  berguna  membantu  peneliti bisnis  untuk   mengetahui   dan   memahami   fenomena   bisnis.   Esensi   dari penelitian,  apakah  itu  penelitian  dasar  atau  terapan,  terletak  pada  metode ilmiah. Secara teknis perbedaan kedua jenis penelitian tersebut terletak pada tingkat permasalahan (matter of degree) daripada substansinya itu sendiri.
(a) Penelitian Dasar.  Penelitian  dasar  yang  sering  disebut  sebagai  basic research atau  pure research dilakukan  untuk  memperluas  batas-batas ilmu  pengetahuan.  Penelitian  dasar  ini  tidak  ditujukan  secara  langsung untuk   mendapatkan   pemecahan   bagi   suatu permasalahan   khusus. Penelitian  dasar  dilakukan  untuk  memverifikasi  teori  yang  sudah  ada atau  mengetahui  lebih  jauh  tentang  sebuah  konsep.  Hal  pertama  sekali yang  harus  dilakukan  dalam  penelitian  dasar  adalah  pengujian  konsep atau  hipotesis  awal  dan  kemudian  pembuatan  kajian  lebih  dalam  serta kesimpulan   tentang   fenomena   yang   diamati. (Wibisono,   2002:   4-5). Penelitian  dasar  dibedakan  atas  pendekatan  yang  digunakan  dalam pengembangan teori yaitu:
(a.1) Penelitian deduktif, yaitu  penelitian  yang  bertujuan  menguji  teori pada keadaan tertentu.
(a.2) Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
(b)   Penelitian Terapan.   Penelitian   terapan   berbeda   dengan   penelitian dasar, penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan  yang  khusus  atau  untuk  membuat  keputusan  tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan menguji   ide   kreatif   bagi   alternatif   strategi   bisnis.   Penelitian   terapan dibedakan atas:
(b.1) Penelitian evaluasi, yaitu penelitian yang diharapkan dapat memberi masukan   atau   mendukung   pengambilan   keputusan   tentang   nilai relatif dari dua atau lebih alternatif tindakan.
(b.2) Penelitian dan pengembangan, yaitu   penelitian   yang   bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.
(b.3) Penelitian tindakan, yaitu  penelitian  yang  dilakukan  untuk  segera digunakan sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.
a.2 Berdasarkan karakteristik masalah, penelitian dapat dibedakan atas:
(a) Penelitian Historis, yaitu    kegiatan    penelitian,    pemahaman,     dan penjelasan  kondisi  yang  telah  lalu.  Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk mengetahui  sebab  atau  dampak  dari  kejadian  yang  telah  lalu  untuk menjelaskan  fenomena  yang  terjadi  sekarang  atau  untuk  memprediksi kondisi masa yang akan datang.
(b) Penelitian Deskriptif, yaitu  pengumpulan  data  untuk  menguji  hipotesis atau   menjawab   pertanyaan   mengenai   status   terakhir   dari   subyek penelitian.
(c) Penelitian Kasus dan Lapangan, merupakan    penelitian    dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat  ini  dari  subyek  yang  diteliti,  serta  interaksinya  dengan lingkungan. Tujuan   penelitian   ini   untuk   melakukan   secara  mendalam   mengenai subyek  tertentu  untuk  memberikan  gambaran yang  lengkap  mengenai subyek tertentu.
(d) Penelitian Korelasional, adalah   penelitian   yang   bertujuan   menentukan apakah terdapat asosiasi antarvariabel danmembuat prediksi berdasarkan  korelasi  antarvariabel.  Jika  hubungan  antarvariabel  cukup tinggi, kemungkinan sifat hubungannya merupakan sebab akibat (causal- effect).
(e) Penelitian Kausal-Komparatif, merupakan   tipe   penelitian   dengan karakteristik  masalah  berupa  sebab  akibat  antara  2  variabel  atau lebih. Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto.
(f)    Penelitian Eksperimen, merupakan   tipe   penelitian   dengan  karakteristik masalah  yang  sama  dengan  penelitian  kausal  komparatif, tetapi  dalam penelitian  eksperimen  peneliti  melakukan  manipulasi  atau pengendalian (control) terhadap setidaknya satu variabel independen.
b.      Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalahdalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas   atau   natural setting yang holistis,   kompleks,   dan   rinci.   Penelitian   yang   menggunakan   pendekatan induksi  yang  mempunyai  tujuan  penyusunan  konstruksi  teori  atau  hipotesis melalui   pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistic atau interpretatif  (constructivist,naturalistic or interpretativeapproach), atau perspektif post-modern.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan.
Penelitian kualitatif (Qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial (a shared social eperience) yang diinterpretasikan oleh individu-individu. (Nana Syaodih, 2001 : 94).
Sementara itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic (naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain itu disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis lebih bersifat kualitatif.
Pada penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya, objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Sebagaimana dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti itu sendiri (humane instrument). Untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.

B.     MASALAH PENELITIAN
1.      Pengertian Masalah
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.      Cara Menemukan Masalah
Setelah peneliti menentukan bidang penelitian  (problem area)  yang diminatinya, kegiatan berikutnya adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation). Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian. Situasinya jelas: bila  permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan   permasalahan   juga   dinyatakkan   oleh   ungkapan:   “Berhasilnya   perumusan permasalahan merupakan setengah dari pekerjaan penelitian”.
Penemuan permasalahan juga merupakan  tes  bagi  suatu  bidang  ilmu;  seperti diungkapkan oleh Mario Bunge  dengan  pernyataan:  “Kriteria  terbaik  untuk  menjajagi  apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak adalah dengan memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu menghasilkan permasalahan . . . .   Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu yang sudah mati”. Permasalahan  yang  ditemukan,  selanjutnya  perlu  dirumuskan  ke  dalam  suatu pernyataan  (problem  statement). Dengan demikian, pembahasan isi bab ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan permasalahan, dan (2) perumusan permasalahan.
3.      Penemuan Permasalahan
Kegiatan  untuk  menemukan  permasalahan  biasanya  didukung  oleh  survai  ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu dimengerti, dalam hal ini, bahwa publikasi   berbentuk   buku   bukanlah   informasi   yang   terbaru   karena   penerbitan   buku merupakan proses yang memakan waktu cukup lama, sehingga buku yang terbit misalnya hari ini ditulis sekitar satu atau dua tahun yang lalu. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya  dipublikasikan  sebagai  artikel  dalam  majalah  ilmiah;  sehingga  suatu  (usulan) penelitian  sebaiknya  banyak  mengandung  bahasan  tentang  artikel- artikel  (terbaru)  dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah bidang yang diteliti.
Kegiatan penemuan permasalahan, seperti telah disinggung di atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan utama deskripsi “latar belakang permasalahan” dalam usulan penelitian. Permasalahan  dapat  diidentifikasikan  sebagai  kesenjangan  antara  fakta  dengan  harapan, antara tren perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide. Seperti yang diungkapkan Sutrisno Hadi sebagai berikut:
“mengidentifikasikan permasalahan sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan,  ketimpangan,  ketertinggalan,  kejanggalan,  ketidakserasian,  kemerosotan  dan semacamnya”.
Seorang peneliti yang berpengalaman akan mudah menemukan permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali peneliti tersebut menemukan permasalahan secara “naluriah”;    tidak    dapat    menjelaskan    bagaimana    cara    menemukannya.    Cara- cara menemukan  permasalahan  ini,  telah  diamati  oleh  Buckley  dkk.  (1976)  yang  menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara formal melibatkkan prosedur yang menuruti metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak “rutin”. Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding  cara  informal.
Bukley  dkk.,  (1976:16-27)  menjelaskan cara-cara penemuan permasalahan  baik formal maupun informal sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan, kemudian  perlu  dilakukan  pengecekan  atau  evaluasi  terhadap  permasalahan  tersebut sebelum dilakukan perumusan permasalahan.
3.a. Cara-cara Formal Penemuan Permasalahan
Cara- cara   formal   (menurut   metodologi   penelitian)   dalam   rangka  menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif- alternatif berikut ini:
1)        Rekomendasi suatu riset.
Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.

2)        Analogi
Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil” pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti. Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer dapat diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam hal sifat pembuatan keputusannya yang Judgmental).
3)        Renovasi.
Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasi yang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat pendidikan yang berbeda.
4)        Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.
5)        Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang dihadapi.
6)        Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan   kombinasi yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.
7)        Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan  ke dalam komponen-komponennya.
8)        Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi,  peneliti dapat mengambil hasil- hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan “mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.
3.b.  Cara-cara Informal Penemuan Permasalahan
Cara- cara  informal  (subyektif)  dalam  rangka  menemukan  permasalahan dapat dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1)      Konjektur(naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur. (naluriah), tanpa dasar- dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar- dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2)      Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam proses perancangan arsitektural.
3)      Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal, terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal ini merupakan konsensus nasional).
4)      Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan mendorong studi perumusan sebab- sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien, misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan klien yang lebih baik.
4.      Perumusan Permasalahan
Sering  dijumpai  usulan  penelitian  yang  memuat  “latar  belakang  permasalahan” secara  panjang  lebar  tetapi  tidak  diakhiri  (atau  disusul)  oleh  rumusan  (pernyataan) permasalahan.  Pernyataan  permasalahan  sebenarnya  merupakan  kesimpulan  dari  uraian “latar   belakang”   tersebut.   Castetter   dan Heisler,  menerangkan   bahwa pernyataan  permasalahan  merupakan  ungkapan  yang  jelas  tentang  hal- hal  yang  akan dilakukan peneliti. Cara terbaik unutk mengungkapkan pernyataan tersebut adalah dengan pernyataan yang sederhana dan langsung, tidak berbelit-belit. Pernyataan permasalahan dari suatu penelitian merupakan “jantung” penelitian dan berfungsi sebagai pengarah bagi semua upaya dalam kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan permasalahan yang jelas (tajam) akan sanggup   memberi   arah   (gambaran)   tentang   macam   data   yang   diperlukan,   cara pengolahannya  yang  cocok,  dan  memberi  batas  lingkup  tertentu  pada  temuan  yang dihasilkan.
Contoh ungkapan permasalahan yang jelas, tajam, diberikan oleh Sumiarto (1985) yang  meneliti  dalam  bidang  perumahan  pedesaan.  Permasalahan  yang  dikemukakannya, sebagai berikut: “Kesimpulan   yang   dapat   ditarik   sebagai   permasalahan   P3D   [Perintisan Pemugaran Perumahan Desa] yang dapat memberikan arah pada studi yang akan   dilakukan   adalah   mempertanyakan   keberhasilan   dari   tujuan   P3D. Secara  lebih  spesifik  dapat  dikemukakan  beberapa  (sub)  permasalahan sebagai berikut:
(a). Apakah setelah menerima bantuan P3D, kondisi mereka akan menjadi lebih  baik,  dalam arti  adanya  peningkatan  dalam  cara  bermukim  yang lebih baik serta lebih sehat?
(b). Apakah bantuan yang diberikan oleh P3D telah memberikan hasil sesuai seperti  yang  diharapkan,  yaitu  penerima  bantuan  telah  memberikan respon  yang  positif  yang  berupa  tenaga,  material,  bahkan  finansial, sehingga lebih dari apa yang diberikan oleh P3D.
(c). Lebih jauh lagi, apakah P3D telah mampu membangkitkan efek berlipat ganda  (multiplier  effect),  sehingga  masyarakat  yang  tidak  meneriman bantuan  P3D  terangsang  secara  swadata  menyelenggarakan  sendiri peningkatan kondisi rumah dan lingkungannya?”
5.      Bentuk Rumusan Permasalahan
Contoh pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan disusul oleh  beberapa  pertanyaan.  Castette  dan  Heisler  menjelaskan  bahwa  secara keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1)  bentuk satu pertanyaan (question);
(2)  bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa pertanyaan yang spesifik;
(3)  bentuk satu penyataan (statement) disusul oleh beberapa pertanyaan (question).
(4)  bentuk hipotesis; dan
(5)  bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa hipotesis.
Bentuk Hipotesis nampaknya jarang dipakai lagi pula, biasanya perletakan hipotesis dalam laporan atau usulan penelitian tidak me nempati posisi yang biasa ditempati oleh pernyataan permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan seringkali dapat diujudkan (diubah) pula sebagai  bentuk  pernyataan. Dengan  demikian,  secara  umum,  hanya  ada  dua  bentuk pernyataan permasalahan:
a.) Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan, Misal :
(1)  Pertanyaan:
 “Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR?”
“Faktor-faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor pada persepsi penghuni terhadap desain rumah sub –inti?”
(2)   Pernyataan (biasanya diungkapkan sebagai “maksud”)
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah perumahan KPR.”
“Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor- faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing faktor pad persepsi terhadap desain rumah sub –inti.”
b.)  Bentuk satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa pertanyaan atau pernyataan yang spesifik (Catatan: kebanyakan permasalahan terlalu besar atau kompleks sehingga perlu dirinci)

C. VARIABEL PENELITIAN
1.      Pengertian  Variabel.

Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala sesuatu yang bervariasi.

a.       F.N Kerlinger
Menurut beliau variable adalah konsep yang memiliki macam-macam nilai, dan variabel adalah konsep yang sudah diubah.
b.      Freddy Rankuti
Sedangkan menurut Freddy, variabel adalah konsep yang memiliki nilai bervariasi dan nilai tersebut bisa dibagi menjdi 4 data yang berbeda, yaitu skala, rasio, ordinal, nomina dan intenal.
c.       Sutrisno Hadi
Dan yang terakhir adalah variabel merupakan variasi dari objek penelitian, misalnya saja tinggi manusia dan divariasikan dengan umur atau berat badan yang dimilikinya.
Jadi kesimpulan dari sebuah variabel adalah besaran yang bisa diubah dan selalu berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian.
Dengan menggunakan variabel ini kita bisa menghitung data apa saja yang masih dibutuhkan.
Variabel dibagi menjadi 2 bagian, yaitu variabel kualitatif dan variabel kuantitatif. Variabel kuantitatif bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu variabel diskrit dan variabel kontinu.
2.      Pengertian variabel penelitian
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Banyak sekali definisi variable yang diungkapkan para ahli, dan definisi tersebut berpotensi membingungkan para peneliti pemula. Perhatikan definisi variable menurut para ahli berikut:
Menurut Hatch & Farhady (1981). Variable didefinisikan sebagai Atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Kerlinger (1973). Variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Kidder (1981). Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang bervariasi.
Bhisma Murti (1996), variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sudigdo Sastroasmoro, variable merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya.
Er. Ahmad Watik Pratiknya (2007), variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable.
3.      Jenis – jenis variabel penelitian.

Variabel penelitian dibedakan menjadi:

a.      Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables)
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
b.      Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables).
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Contoh:
Jika seorang peneliti ingin mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel waktu untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya (B), maka pertanyaan atau masalah yang diajukan , “Bagaimanakah prestasi belajar yang dicapai apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau lebih sedikit?”
Banyak sedikitnya waktu belajar yang dipakai oleh pebelajar diidentifikasikan sebagai variabel bebas, sedangkan prestasi belajar sebagai variabel terikat. Variabel ini (waktu belajar) dimanipulasi atau diubah untuk menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel lainnya (prestasi belajar).
c.       Variabel Moderator
Variabel moderator adalah faktor-faktor atau aspek-aspek yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan apakah variabel tersebut mengubah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Contoh:
Hipotesis : Kecermatan membaca siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki setelah mereka mendapat pembelajaran membaca cepat dan lambat.
Variabel bebas : pembelajaran membaca cepat dan lambat
Variabel moderator : siswa perempuan dan laki-laki ,
Variabel terikat :kecermatan
d.      Variabel Kontrol
Variabel yang dinetralisasi yang diidentifikasi sebagai variabel kontrol atau kendali, atau variabel kontrol adalah variabel yang diusahakan untuk dinetralisasi oleh peneliti. Dalam penelitian di samping strategi pembelajaran dan tingkat kecerdasan, peneliti juga mempertimbangkan tingkat usia, misalnya kelompok umur tertentu, maka umur dalam penelitia ini dianggap sebagai variabel kendali.
e.       Variabel intervening
Adalah yang tidak pernah diamati dan hanya disimpulkan berdasarkan pada variabel terikat dan bebas.
Contoh:
Hipotesis: Pada siswa yang memiliki minat yang meningkat terhadap tugas yang diberikan, unjuk kerja terhadap tugas yang diukur meningkat.
Variabel bebas : minat terhadap tugas
Variabel intervening : belajar
Variabel terikat : unjuk kerja tugas
4.      Definisi operasional variabel penelitian.
Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh Koentjarangningrat, 1991;23).
Penekanan pengertian definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”. Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Apabila seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek, maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama. Sedangkan definisi konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan “tidak dapat diobservasi”. Karena definisi konseptual merupakan suatu konsep yang didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat untuk membuat logika proses perumusan hipotesa.
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari hubungannya antara satu variable dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa operasionalisasi variable, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat konseptual.Operasionalisasi variable bermanfaat untuk:
a) mengidentifikasi criteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan;
b) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
c) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus digunakan.



                                   
                                                      
BAB III
PENUTUP

A.            KESIMPULAN
Paradigma dalam penelitian terbagi dalam 2 pendekatan yang terdiri dari paradigam kuantitaif dan pardigma kualitatif. Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yangmenggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada Pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau interpretatif .
Masalah atau disebut juga problem adalah suatu penelitian.Proses mencari jawaban dari permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian. Dengan demikian suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu dilakukan. Sedangkan masalah atau permasalahan dalam penelitian tak terlepas erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Kesulitan dalam mencari masalah akan muncul lantaran tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Untuk memperkecil hambatan tersebut maka penting bagi peneliti mengetahui sumber- sumber masalah yang sigifikan dan layak untuk di teliti diantara sumber- sumber tersebut adalah: (1)Literatur, yang meliputi: buku, buku teks, monography, laporan statistik, dan yang berupa non buku seperti; jurnal, skripsi, tesis, desertsi, dan sebagainya. (2) Berbagai pertemuan ilmiah, seperti: seminar, diskusi, lokakarya, sarasehan, dan sebagainya.(3)Pengalaman pribadi, dan pengamatan yang bersifat longitudinal, (4) Pernyataan dari pemegang otoritas dan (5) Perasaan intuitif.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi lima yaitu variabel bebas atau variabel terikat, Variabel moderator atau , Variabel kontrol dan variabel intervening,
Jadi memang bagi seorang peneliti,  variabel sangatlah penting, kerena bagaimanapun keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan variabel yang tepat bagi penelitiannya.
B.       SARAN
1. Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mengerti dan memahami tentang pengertian paradigm dalam penelitian, masalah dalam penelitian dan variabel , pengertian variabel penelitian , Jenis – jenis variabel penenlitian , Difinisi operasional variabel penelitian , sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan suatu penelitian. 
 2. Kritik dan saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.


















DAFTAR PUSTAKA


Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument Social Relation, Holt Rinehart and Winston, 1981.
Soegiyono. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar