MAKALAH
PARADIGMA, MASALAH, DAN VARIABEL
PENELITIAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Problematika Pembelajaran IPS
Dosen Pengampu: Dr. Parji , M.Pd

DI SUSUN OLEH
SUMARNI
NIM : 16612003
&
SUGIONO RUSLAN
NIM : 16612010
IKIP PGRI MADIUN
PROGRAM STUDI MAGISTER
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami munajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Metode
Penelitian dengan judul Paradigma, Masalah dan Variabel
Penelitian ini tepat waktu.
Makalah ini berisikan informasi mengenai definisi atau
pengertian dari Paradigma, klasifikasi
Paradigma Penelitian, Penelitian Kualitatif, Penelitian Kuantitatif, Pengertian
Masalah, cara menemukan masalah, penemuan permasalahan, perumusan permasalahan,
Bentuk perumusan masalah, Pengertian variable, pengertian variabel
penelitian, Jenis – jenis variabel penelitian, difinisi operasional variabel
penelitian.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang Paradigma, Masalah danVariabel
dalam sebuah penelitian. Dalam hal ini pun penyusun masih dalam tahapan belajar, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah dari awal sampai
akhir.
Madiun , 30 September 2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.
LatarBelakangMasalah................................................................ 1
B.
RumusanMasalah......................................................................... 2
C.
TujuanPenulisan.......................................................................... 2
BAB II URAIAN PEMBAHASAN................................................................ 3
A.
Pengertian variabel........................................................................ 2
B. Pengertian variabel penelitian....................................................... 3
C. Jenis – Jenis variabel penelitian.................................................... 4
D. Definisi operasional variabel penelitian....................................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 7
A. Simpulan........................................................................................ 7
B.
Saran ............................................................................................. 7
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................... 8
Iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Penelitian bukan hanya boleh dan dapat dilakukan di
bidang ilmu pengetahuan alam saja. Penelitian dapat dilakukan diseluruh bidang
ilmu. Kalau ada pertanyaan tentang apa yang diteliti, maka jawabannya berkenaan
dengan objek atau penelitian. Ruang lingkup objek penelitian pendidikan adalah
hal -hal apa saja yang berhubungan dengan pendidikan, baik yang terjadi
disekolah, diluar sekolah maupun kaitan antara keduanya. Pendidikan di dalam
keluarga juga merupakan objek penelitian pendidikan yang menarik.
Dalam makalah ini di jelaskan tentang
latar belakang Permasalahannya antara lain : Apa pengertian Paradigma? apa saja klasifikasi Paradigma Penelitian? apa pengertian
Masalah ? bagaimana cara menemukan masalah? bagaimana penemuan permasalahan? bagaimana cara perumusan permasalahan? apa
saja bentuk perumusan masalah? apa pengertian
variabel?, Apa pengertian variabel penelitian ? Apa
jenis– jenis variabel penelitian ?, Apa difinisi operasional variabel
penelitian?.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah metodologi penelitian ini adalah :
1.
Menjelaskan pengertian Paradigma
2.
Menjelaskan klasifikasi paradigma penelitian..
3.
Menjelaskan Pengertian Masalah
4.
Menjelaskan Bagaimana cara
menemukan masalah
5.
Menjelaskan Cara perumusan
masalah
6.
Menjelaskan bentuk-bentuk
perumusan masalah
7.
Menjelaskan pengertian
variabel
8.
Menjelaskan pengertian variabel
penelitian..
9.
Menjelaskan jenis – jenis variabel
penelitian.
10. Menjelaskan
difinisi operasional variabel penelitian.
C. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui dan memahami pengertian paradigma,
masalah dan variabel, mengetahui
klasifikasi paradigma penelitian, mengetahui cara menemukan dan merumuskan
permasalahan dalam penelitian, mengetahui pengertian variabel
penelitian, mengetahui jenis – jenis variabel penelitian , mengetahui difinisi
operasional variabel penelitian.
BAB
II
URAIAN PEMBAHASAN
A.
PARADIGMA PENELITIAN
1.
Pengertian Paradigma
Dalam catatan Ari Fakhri istilah
paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas
Kuhn (1962) dan kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs (1970). Menurut Kuhn, paradigma adalah cara mengetahui realitas sosial yang
dikonstruksi oleh mode of thought atau mode of inquiry tertentu yang
menghasilkan mode of knowing yang efektif.
Demikian juga oleh Friedrichs menyebutkan paradigma sebagai
suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Asmani Alsa, 2003 dalam bukunya yang berjudul “Pendekatan
Kualitatif dan Kuantitatif Serta Kombinasinya Dalam Penelitian Psikologi”
menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan tentang asumsi, konsep, atau
proposisi yang secara logis dipakai peneliti.
Diungkapkan juga oleh Fahri
dalam
http://farelbae.wordpress.com/catatan-kuliah-ku/pengertian-masalah-variabel-paradigma-penelitian/, bahwa paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan
peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan
bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta criteria pengujian sebagai
landasan untuk menjawab masalah penelitian.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
paradigm penelitian adalah cara berpikir yang sangat mendalam untuk mengetahui
pokok persoalan berdasarkan asumsi,
konsep atau proposisi untuk menjawab permasalahan dalam penelitian
2.
Klasifikasi Paradigma Penelitian
a.
Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif
menekankan pada pengujian
teori melalui pengukuran variabel penelitian
dengan angka dan melakukan analisis data dengan
prosedur statistik. Penelitian
yang menggunakan pendekatan deduktif
yang bertujuan untuk menguji hipotesis
merupakan penelitian yang menggunakan paradigma
kuantitatif. Paradigma ini disebut juga dengan
paradigma tradisional (traditional), positivis (positivist),
eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist).
Jenis penelitian yang termasuk dalam paradigma
penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan tujuan penelitian dan
karakteristik masalah.
a.1. Berdasarkan tujuan, penelitian
dapat dibedakan atas: (a)
penelitian dasar dan (b)
penelitian terapan. Prosedur yang digunakan
oleh penelitian dasar dan penelitian terapan
secara substansi tidak berbeda. Keduanya
menggunakan metode ilmiah yang berguna
membantu peneliti bisnis untuk
mengetahui dan memahami
fenomena bisnis. Esensi dari
penelitian, apakah itu penelitian dasar atau
terapan, terletak pada metode ilmiah. Secara teknis
perbedaan kedua jenis penelitian tersebut terletak pada tingkat permasalahan (matter
of degree) daripada substansinya itu sendiri.
(a) Penelitian
Dasar. Penelitian dasar yang
sering disebut sebagai basic research atau
pure research dilakukan untuk memperluas
batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar
ini tidak ditujukan secara langsung untuk
mendapatkan pemecahan bagi suatu
permasalahan khusus. Penelitian dasar dilakukan
untuk memverifikasi teori yang sudah ada
atau mengetahui lebih jauh tentang sebuah
konsep. Hal pertama sekali yang harus
dilakukan dalam penelitian dasar adalah
pengujian konsep atau hipotesis awal dan
kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta
kesimpulan tentang fenomena yang
diamati. (Wibisono,
2002: 4-5). Penelitian dasar dibedakan atas
pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori
yaitu:
(a.1) Penelitian deduktif, yaitu
penelitian yang bertujuan menguji teori pada
keadaan tertentu.
(a.2) Penelitian induktif,yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating) teori atau
hipotesis melalui pengungkapan fakta.
(b) Penelitian
Terapan. Penelitian
terapan berbeda dengan penelitian
dasar, penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang
permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan
tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah
dalam penelitian terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan
menguji ide kreatif bagi
alternatif strategi bisnis.
Penelitian terapan dibedakan atas:
(b.1) Penelitian evaluasi, yaitu
penelitian yang diharapkan dapat memberi masukan atau
mendukung pengambilan keputusan
tentang nilai relatif dari dua atau lebih alternatif
tindakan.
(b.2) Penelitian
dan pengembangan, yaitu penelitian
yang bertujuan untuk mengembangkan produk sehingga produk
tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.
(b.3) Penelitian
tindakan, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk segera digunakan sebagai dasar tindakan
pemecahan masalah.
a.2 Berdasarkan karakteristik
masalah, penelitian dapat dibedakan atas:
(a) Penelitian
Historis, yaitu
kegiatan penelitian,
pemahaman, dan penjelasan kondisi yang
telah lalu. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui sebab atau dampak dari
kejadian yang telah lalu untuk menjelaskan
fenomena yang terjadi sekarang atau untuk
memprediksi kondisi masa yang akan datang.
(b) Penelitian
Deskriptif, yaitu pengumpulan data untuk
menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status
terakhir dari subyek penelitian.
(c) Penelitian
Kasus dan Lapangan, merupakan
penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan
dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek
yang diteliti, serta interaksinya dengan lingkungan.
Tujuan penelitian ini untuk
melakukan secara mendalam mengenai subyek
tertentu untuk memberikan gambaran yang lengkap
mengenai subyek tertentu.
(d) Penelitian
Korelasional, adalah penelitian
yang bertujuan menentukan apakah terdapat
asosiasi antarvariabel danmembuat prediksi berdasarkan korelasi
antarvariabel. Jika hubungan antarvariabel cukup
tinggi, kemungkinan sifat hubungannya merupakan sebab akibat (causal- effect).
(e) Penelitian
Kausal-Komparatif, merupakan tipe
penelitian dengan karakteristik masalah berupa
sebab akibat antara 2 variabel atau lebih.
Penelitian ini merupakan tipe penelitian ex post facto.
(f)
Penelitian Eksperimen, merupakan
tipe penelitian dengan karakteristik
masalah yang sama dengan penelitian kausal
komparatif, tetapi dalam penelitian eksperimen peneliti
melakukan manipulasi atau pengendalian (control)
terhadap setidaknya satu variabel independen.
b.
Penelitian Kualitatif
Paradigma
kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman
mengenai masalah-masalahdalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi
realitas atau natural setting yang
holistis, kompleks, dan rinci.
Penelitian yang menggunakan
pendekatan induksi yang mempunyai tujuan
penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui
pengungkapan fakta merupakan penelitian yang menggunakan paradigma
kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistic
atau interpretatif (constructivist,naturalistic or
interpretativeapproach), atau perspektif post-modern.
Penelitian
kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi
karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung
dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan &
Schumacher, 2003). Penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik
atau bentuk hitungan lainnya ( Strauss & Corbin, 2003). Sekalipun demikian,
data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis
melalui suatu penghitungan.
Penelitian
kualitatif (Qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang
berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran
pengalaman sosial (a shared social eperience) yang diinterpretasikan oleh
individu-individu. (Nana Syaodih, 2001 : 94).
Sementara
itu, menurut (Sugiono, 2009:15), metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositifsime, digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan
data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dilakukan
dengan triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Metode
penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic
(naturalistic research), karena penelitian dilakukan dalam kondisi yang alamiah
(natural setting). Disebut juga penelitian etnografi, karena pada awalnya
metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya. Selain
itu disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan dianalisis
lebih bersifat kualitatif.
Pada
penelitian kualitatif, penelitian dilakukan pada objek yang alamiah maksudnya,
objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan
kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.
Sebagaimana
dikemukakan dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau peneliti
itu sendiri (humane instrument). Untuk dapat menjadi instrumen maka peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya,
menganalisis, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih
jelas dan bermakna.
B. MASALAH PENELITIAN
1.
Pengertian Masalah
Masalah adalah
kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang
ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain
sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan
tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan
bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan
menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi
dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam
bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan
metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan
harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
2.
Cara Menemukan Masalah
Setelah peneliti menentukan bidang
penelitian (problem area) yang diminatinya, kegiatan berikutnya
adalah menemukan permasalahan (problem finding atau problem generation).
Penemuan permasalahan merupakan salah satu tahap penting dalam penelitian.
Situasinya jelas: bila permasalahan tidak ditemukan, maka penelitian
tidak perlu dilakukan. Pentingnya penemuan permasalahan
juga dinyatakkan oleh ungkapan:
“Berhasilnya perumusan permasalahan merupakan setengah dari
pekerjaan penelitian”.
Penemuan permasalahan juga
merupakan tes bagi suatu bidang ilmu;
seperti diungkapkan oleh Mario Bunge
dengan pernyataan: “Kriteria terbaik untuk
menjajagi apakah suatu disiplin ilmu masih hidup atau tidak adalah dengan
memastikan apakah bidang ilmu tersebut masih mampu menghasilkan permasalahan .
. . . Tidak satupun permasalahan akan tercetus dari bidang ilmu
yang sudah mati”. Permasalahan yang ditemukan,
selanjutnya perlu dirumuskan ke dalam suatu
pernyataan (problem statement). Dengan demikian, pembahasan isi bab
ini akan dibagi menjadi dua bagian: (1) penemuan permasalahan, dan (2)
perumusan permasalahan.
3.
Penemuan Permasalahan
Kegiatan untuk
menemukan permasalahan biasanya didukung oleh
survai ke perpustakaan untuk menjajagi perkembangan pengetahuan dalam
bidang yang akan diteliti, terutama yang diduga mengandung permasalahan. Perlu
dimengerti, dalam hal ini, bahwa publikasi berbentuk
buku bukanlah informasi yang
terbaru karena penerbitan buku merupakan
proses yang memakan waktu cukup lama, sehingga buku yang terbit misalnya hari ini ditulis sekitar satu atau dua tahun
yang lalu. Perkembangan pengetahuan terakhir biasanya
dipublikasikan sebagai artikel dalam majalah
ilmiah; sehingga suatu (usulan) penelitian
sebaiknya banyak mengandung bahasan tentang
artikel- artikel (terbaru) dari majalah-majalah (jurnal) ilmiah
bidang yang diteliti.
Kegiatan penemuan permasalahan,
seperti telah disinggung di atas, didukung oleh survai ke perpustakaan untuk
mengenali perkembangan bidang yang diteliti. Pengenalan ini akan menjadi bahan
utama deskripsi “latar belakang permasalahan” dalam usulan penelitian.
Permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai
kesenjangan antara fakta dengan harapan, antara tren
perkembangan dengan keinginan pengembangan, antara kenyataan dengan ide.
Seperti yang diungkapkan Sutrisno Hadi sebagai berikut:
“mengidentifikasikan permasalahan
sebagai perwujudan “ketiadaan, kelangkaan, ketimpangan,
ketertinggalan, kejanggalan, ketidakserasian,
kemerosotan dan semacamnya”.
Seorang peneliti yang berpengalaman
akan mudah menemukan permasalahan dari bidang yang ditekuninya; dan seringkali
peneliti tersebut menemukan permasalahan secara “naluriah”;
tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara
menemukannya. Cara- cara menemukan permasalahan
ini, telah diamati oleh Buckley dkk.
(1976) yang menjelaskan bahwa penemuan permasalahan dapat dilakukan
secara “formal’ maupun ‘informal’. Cara formal melibatkkan prosedur yang menuruti
metodologi tertentu, sedangkan cara informal bersifat subjektif dan tidak
“rutin”. Dengan demikian, cara formal lebih baik kualitasnya dibanding
cara informal.
Bukley dkk., (1976:16-27)
menjelaskan cara-cara penemuan permasalahan
baik
formal maupun informal sebagai diuraikan di bagian berikut ini. Setelah
permasalahan ditemukan, kemudian perlu dilakukan pengecekan
atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut
sebelum dilakukan perumusan permasalahan.
3.a. Cara-cara
Formal Penemuan Permasalahan
Cara- cara formal
(menurut metodologi penelitian)
dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan
dengan alternatif- alternatif berikut ini:
1)
Rekomendasi suatu riset.
Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir
memuat kesimpulan dan saran. Saran (rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan
penelitian lanjutan atau penelitian lain yang berkaitan dengan kesimpulan yang
dihasilkan. Saran ini dapat dikaji sebagai arah untuk menemukan permasalahan.
2)
Analogi
Analogi adalah suatu cara penemuan permasalahan dengan cara “mengambil”
pengetahuan dari bidang ilmu lain dan menerapkannya ke bidang yang diteliti.
Dalam hal ini, dipersyaratkan bahwa kedua bidang tersebut haruslah sesuai dalam
tiap hal-hal yang penting. Contoh permasalahan yang ditemukan dengan cara
analogi ini, misalnya: “apakah Proses perancangan perangkat lunak komputer
dapat diterapkan pada proses perancangan arsitektural” (seperti diketahui
perencanaan perusahaan dan perencanaan arsitektural mempunyai kesamaan dalam
hal sifat pembuatan keputusannya yang Judgmental).
3)
Renovasi.
Cara renovasi dapat dipakai untuk mengganti komponen yang tidak
cocok lagi dari suatu teori. Tujuan cara ini adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kemantapan suatu teori. Misal suatu teori menyatakan “ada korelasi
yang signifikan antara arah pengembangan bangunan rumah tipe tertentu dalam
perumahan sub – inti dengan tipe bangunan rumah asal penghuninya” dapat
direnovasi menjadi permasalahan “seberapa korelasi antara arah pengembangan
bangunan rumah tipe tertentu dalam perumahan sub – inti dengan tipe bangunan
rumah asal penghuninya dengan tingkat pendidikan penghuni yang berbeda”. Dalam
contoh di atas, kondisi yang “umum” diganti dengan kondisi tingkat pendidikan
yang berbeda.
4)
Dialektik, dalam hal ini, berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik,
peneliti dapat mengusulkan untuk menghasilkan suatu teori yang merupakan
tandingan atau sanggahan terhadap teori yang sudah ada.
5)
Ekstrapolasi adalah cara untuk menemukan permasalahan
dengan membuat tren (trend) suatu teori atau tren permasalahan yang
dihadapi.
6)
Morfologi adalah suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi
yang terkandung dalam suatu permasalahan yang rumit, kompleks.
7)
Dekomposisi merupakan cara penjabaran (pemerincian) suatu pemasalahan ke dalam
komponen-komponennya.
8)
Agregasi merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil
hasil- hasil peneliti atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan
“mengumpulkannya” untuk membentuk suatu permasalah yang lebih rumit, kompleks.
3.b.
Cara-cara Informal Penemuan
Permasalahan
Cara- cara informal
(subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat
dilakukan dengan alternatif-alternatif berikut ini:
1)
Konjektur(naluriah). Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur. (naluriah),
tanpa dasar- dasar yang jelas. Bila kemudian, dasar- dasar atau latar belakang
permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian dapat diteruskan secara alamiah.
Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu terhadap
lingkungannya. Naluri, menurut Buckley, dkk., (1976, 19), merupakan alat yang
berguna dalam proses penemuan permasalahan.
2)
Fenomenologi. Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan
fenomena (kejadian, perkembangan) yang dapat diamati. Misal: fenomena pemakaian
komputer sebagai alat bantu analisis dapat dikaitkan untuk mencetuskan
permasalahan – misal: seperti apakah pola dasar pendaya – gunaan komputer dalam
proses perancangan arsitektural.
3)
Konsensus juga merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan. Misal,
terdapat konsensus bahwa kemiskinan bukan lagi masalah bagi Indonesia, tapi
kualitas lingkungan yang merupakan masalah yang perlu ditanggulangi (misal hal
ini merupakan konsensus nasional).
4)
Pengalaman. Tak perlu diragukan lagi, pengalaman merupakan sumber bagi
permasalahan. Pengalaman kegagalan akan mendorong dicetuskannya permasalahan
untuk menemukan penyebab kegagalan tersebut. Pengalaman keberhasilan juga akan
mendorong studi perumusan sebab- sebab keberhasilan. Umpan balik dari klien,
misal, akan mendorong penelitian untuk merumuskan komunikasi arsitek dengan
klien yang lebih baik.
4.
Perumusan Permasalahan
Sering dijumpai usulan
penelitian yang memuat “latar belakang
permasalahan” secara panjang lebar tetapi tidak
diakhiri (atau disusul) oleh rumusan
(pernyataan) permasalahan. Pernyataan permasalahan
sebenarnya merupakan kesimpulan dari uraian
“latar belakang” tersebut. Castetter dan Heisler,
menerangkan bahwa pernyataan permasalahan
merupakan ungkapan yang jelas tentang hal-
hal yang akan dilakukan peneliti. Cara terbaik unutk mengungkapkan
pernyataan tersebut adalah dengan pernyataan yang sederhana dan langsung, tidak
berbelit-belit. Pernyataan permasalahan dari suatu penelitian merupakan
“jantung” penelitian dan berfungsi sebagai pengarah bagi semua upaya dalam
kegiatan penelitian tersebut. Pernyataan permasalahan yang jelas (tajam) akan
sanggup memberi arah (gambaran)
tentang macam data yang
diperlukan, cara pengolahannya yang cocok,
dan memberi batas lingkup tertentu pada
temuan yang dihasilkan.
Contoh ungkapan permasalahan yang
jelas, tajam, diberikan oleh Sumiarto
(1985) yang meneliti dalam bidang perumahan
pedesaan. Permasalahan yang dikemukakannya, sebagai
berikut: “Kesimpulan yang dapat
ditarik sebagai permasalahan
P3D [Perintisan Pemugaran Perumahan Desa] yang dapat
memberikan arah pada studi yang akan dilakukan adalah
mempertanyakan keberhasilan dari
tujuan P3D. Secara lebih spesifik
dapat dikemukakan beberapa (sub) permasalahan
sebagai berikut:
(a). Apakah setelah menerima bantuan
P3D, kondisi mereka akan menjadi lebih baik, dalam arti
adanya peningkatan dalam cara bermukim yang
lebih baik serta lebih sehat?
(b). Apakah bantuan yang diberikan
oleh P3D telah memberikan hasil sesuai seperti yang diharapkan,
yaitu penerima bantuan telah memberikan respon
yang positif yang berupa tenaga, material,
bahkan finansial, sehingga lebih dari apa yang diberikan oleh P3D.
(c). Lebih jauh lagi, apakah P3D
telah mampu membangkitkan efek berlipat ganda (multiplier effect),
sehingga masyarakat yang tidak meneriman bantuan
P3D terangsang secara swadata menyelenggarakan
sendiri peningkatan kondisi rumah dan lingkungannya?”
5. Bentuk Rumusan Permasalahan
Contoh
pernyataan permasalahan di atas mengambil bentuk satu pernyataan disusul oleh
beberapa pertanyaan. Castette dan Heisler menjelaskan bahwa secara
keseluruhan ada 5 macam bentuk pernyataan permasalahan, yaitu:
(1) bentuk satu pertanyaan (question);
(2) bentuk satu pertanyaan umum disusul oleh beberapa
pertanyaan yang spesifik;
(3) bentuk satu penyataan (statement)
disusul oleh beberapa pertanyaan (question).
(4) bentuk
hipotesis; dan
(5) bentuk pernyataan umum disusul oleh beberapa
hipotesis.
Bentuk Hipotesis nampaknya jarang
dipakai lagi pula, biasanya perletakan hipotesis dalam laporan atau usulan
penelitian tidak me nempati posisi yang biasa ditempati oleh pernyataan
permasalahan. Hal yang lain, bentuk pertanyaan seringkali dapat diujudkan
(diubah) pula sebagai bentuk pernyataan. Dengan demikian,
secara umum, hanya ada dua bentuk
pernyataan permasalahan:
a.) Bentuk satu pertanyaan atau
pernyataan, Misal :
(1) Pertanyaan:
“Seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada
perubahan fisik rumah perumahan KPR?”
“Faktor-faktor apa saja dan seberapa
besar pengaruh masing- masing faktor pada persepsi penghuni terhadap desain
rumah sub –inti?”
(2) Pernyataan
(biasanya diungkapkan sebagai “maksud”)
“Maksud penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa pengaruh tingkat penghasilan pada perubahan fisik rumah
perumahan KPR.”
“Maksud penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor- faktor apa saja dan seberapa besar pengaruh masing- masing
faktor pad persepsi terhadap desain rumah sub –inti.”
b.) Bentuk
satu pertanyaan atau pernyataan umum disusul oleh beberapa pertanyaan atau
pernyataan yang spesifik (Catatan: kebanyakan permasalahan terlalu besar atau
kompleks sehingga perlu dirinci)
C. VARIABEL
PENELITIAN
1.
Pengertian Variabel.
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian. Ada juga yang menganggap variabel sebagai gejala sesuatu yang
bervariasi.
a.
F.N
Kerlinger
Menurut beliau variable adalah
konsep yang memiliki macam-macam nilai, dan variabel adalah konsep yang sudah
diubah.
b.
Freddy Rankuti
Sedangkan menurut Freddy,
variabel adalah konsep yang memiliki nilai bervariasi dan nilai tersebut bisa
dibagi menjdi 4 data yang berbeda, yaitu skala, rasio, ordinal, nomina dan
intenal.
c.
Sutrisno Hadi
Dan yang terakhir adalah
variabel merupakan variasi dari objek penelitian, misalnya saja tinggi manusia
dan divariasikan dengan umur atau berat badan yang dimilikinya.
Jadi kesimpulan dari sebuah variabel adalah besaran yang bisa diubah
dan selalu berubah sehingga mempengaruhi kejadian dari hasil penelitian.
Dengan menggunakan variabel ini kita bisa menghitung data
apa saja yang masih dibutuhkan.
Variabel dibagi menjadi 2 bagian, yaitu variabel kualitatif dan
variabel kuantitatif. Variabel kuantitatif bisa dibedakan menjadi 2 jenis yaitu
variabel diskrit dan variabel kontinu.
2.
Pengertian
variabel penelitian
Variabel
Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Banyak sekali definisi variable
yang diungkapkan para ahli, dan definisi tersebut berpotensi membingungkan para
peneliti pemula. Perhatikan definisi variable menurut para ahli berikut:
Menurut Hatch &
Farhady (1981). Variable didefinisikan sebagai Atribut
seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu obyek dengan obyek yang lain. Kerlinger (1973). Variable adalah
konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Kidder (1981).
Variable dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang
berbeda (different values). Dengan demikian, Variabel itu merupakan suatu yang
bervariasi.
Bhisma Murti (1996), variable adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti
mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Sudigdo Sastroasmoro, variable
merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke
subyek lainnya.
Er. Ahmad Watik
Pratiknya (2007), variable adalah Konsep yang
mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi
dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable.
Variabel
penelitian dibedakan menjadi:
a. Variabel
bebas atau variabel penyebab (independent variables)
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati.
b. Variabel
terikat atau variabel tergantung (dependent variables).
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti.
Contoh:
Jika seorang peneliti ingin mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel waktu untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya (B), maka pertanyaan atau masalah yang diajukan , “Bagaimanakah prestasi belajar yang dicapai apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau lebih sedikit?”
Banyak sedikitnya waktu belajar yang dipakai oleh pebelajar diidentifikasikan sebagai variabel bebas, sedangkan prestasi belajar sebagai variabel terikat. Variabel ini (waktu belajar) dimanipulasi atau diubah untuk menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel lainnya (prestasi belajar).
Jika seorang peneliti ingin mengkaji hubungan antara dua variabel, misalnya variabel waktu untuk belajar (A) dan prestasi belajarnya (B), maka pertanyaan atau masalah yang diajukan , “Bagaimanakah prestasi belajar yang dicapai apabila waktu yang dipakai untuk belajar lebih banyak atau lebih sedikit?”
Banyak sedikitnya waktu belajar yang dipakai oleh pebelajar diidentifikasikan sebagai variabel bebas, sedangkan prestasi belajar sebagai variabel terikat. Variabel ini (waktu belajar) dimanipulasi atau diubah untuk menyebabkan terjadinya perubahan pada variabel lainnya (prestasi belajar).
c. Variabel
Moderator
Variabel
moderator adalah faktor-faktor atau aspek-aspek yang diukur, dimanipulasi, atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan apakah variabel tersebut mengubah
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
Contoh:
Hipotesis
: Kecermatan membaca siswa perempuan lebih baik daripada siswa laki-laki
setelah mereka mendapat pembelajaran membaca cepat dan lambat.
Variabel bebas : pembelajaran
membaca cepat dan lambat
Variabel moderator : siswa
perempuan dan laki-laki ,
Variabel terikat :kecermatan
d. Variabel
Kontrol
Variabel
yang dinetralisasi yang diidentifikasi sebagai variabel kontrol atau kendali,
atau variabel kontrol adalah variabel yang diusahakan untuk dinetralisasi oleh
peneliti. Dalam penelitian di samping strategi pembelajaran dan tingkat
kecerdasan, peneliti juga mempertimbangkan tingkat usia, misalnya kelompok umur
tertentu, maka umur dalam penelitia ini dianggap sebagai variabel kendali.
e. Variabel
intervening
Adalah
yang tidak pernah diamati dan hanya disimpulkan berdasarkan pada variabel
terikat dan bebas.
Contoh:
Hipotesis: Pada siswa yang memiliki minat yang meningkat terhadap tugas yang diberikan, unjuk kerja terhadap tugas yang diukur meningkat.
Variabel bebas : minat terhadap tugas
Hipotesis: Pada siswa yang memiliki minat yang meningkat terhadap tugas yang diberikan, unjuk kerja terhadap tugas yang diukur meningkat.
Variabel bebas : minat terhadap tugas
Variabel
intervening : belajar
Variabel
terikat : unjuk kerja tugas
4.
Definisi
operasional variabel penelitian.
Yang dimaksud dengan definisi operasional ialah suatu definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang
dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young, dikutip oleh
Koentjarangningrat, 1991;23).
Penekanan
pengertian definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi”. Apabila
seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek,
maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi
apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama.
Apabila
seorang peneliti melakukan suatu observasi terhadap suatu gejala atau obyek,
maka peneliti lain juga dapat melakukan hal yang sama, yaitu mengidentifikasi
apa yang telah didefinisikan oleh peneliti pertama. Sedangkan definisi
konseptual, definisi konseptual lebih bersifat hipotetikal dan “tidak dapat
diobservasi”. Karena definisi konseptual merupakan suatu konsep yang
didefinisikan dengan referensi konsep yang lain. Definisi konseptual bermanfaat
untuk membuat logika proses perumusan hipotesa.
Variabel harus didefinisikan secara operasional agar lebih mudah dicari
hubungannya antara satu variable dengan lainnya dan pengukurannya. Tanpa
operasionalisasi variable, peneliti akan mengalami kesulitan dalam menentukan
pengukuran hubungan antar variable yang masih bersifat
konseptual.Operasionalisasi variable bermanfaat untuk:
a) mengidentifikasi
criteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan;
b) menunjukkan bahwa suatu
konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional;
c) mengetahui bahwa
definisi operasional bersifat unik dalam situasi dimana definisi tersebut harus
digunakan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Paradigma dalam penelitian
terbagi dalam 2 pendekatan yang terdiri dari paradigam kuantitaif dan pardigma
kualitatif. Paradigma kuantitatif
menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan
angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian yang
menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis
merupakan penelitian yangmenggunakan paradigma kuantitatif. Paradigma ini
disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis
(positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Paradigma
kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada Pemahaman
mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas
atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang
menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi
teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang
menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan
konstruktifis, naturalistik atau interpretatif .
Masalah
atau disebut juga problem adalah suatu penelitian.Proses mencari jawaban dari
permasalahan hanya bisa dilakukan melalui proses penelitian. Dengan demikian
suatu permasalahan muncul sebelum kegiatan proses penelitian itu dilakukan.
Sedangkan masalah atau permasalahan dalam penelitian tak terlepas erat kaitanya dengan
kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Kesulitan dalam mencari
masalah akan muncul lantaran tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal
bagaimana mencari permasalahan penelitian. Untuk memperkecil hambatan tersebut
maka penting bagi peneliti mengetahui sumber- sumber masalah yang sigifikan dan
layak untuk di teliti diantara
sumber- sumber tersebut adalah: (1)Literatur,
yang meliputi: buku, buku teks, monography, laporan statistik, dan yang berupa
non buku seperti; jurnal, skripsi, tesis, desertsi, dan sebagainya. (2) Berbagai pertemuan ilmiah,
seperti: seminar, diskusi, lokakarya, sarasehan, dan sebagainya.(3)Pengalaman pribadi, dan pengamatan yang
bersifat longitudinal, (4) Pernyataan
dari pemegang otoritas dan (5) Perasaan intuitif.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2007).
Berdasarkan hubungannya variabel dibagi menjadi lima
yaitu variabel bebas atau variabel terikat, Variabel moderator atau , Variabel
kontrol dan variabel intervening,
Jadi
memang bagi seorang peneliti, variabel sangatlah penting, kerena
bagaimanapun keberhasilan penelitian seseorang ditentukan oleh pemilihan
variabel yang tepat bagi penelitiannya.
B.
SARAN
1. Dengan
adanya makalah ini diharapkan pembaca mengerti dan memahami tentang pengertian paradigm dalam penelitian, masalah dalam penelitian dan variabel ,
pengertian variabel penelitian , Jenis – jenis variabel penenlitian , Difinisi
operasional variabel penelitian , sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan
suatu penelitian.
2. Kritik dan
saran yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad W. Pratiknya. Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu
Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,2002.
Kenglinger, Fred, N, Foundation of Behavioral
Research, Holt, Renehart,1973.
Kidder Loiuse. Research Methods Instrument
Social Relation, Holt Rinehart and Winston, 1981.
Soegiyono. Statistika
untuk Penelitian. Alfabeta, Bandung, 2009.
Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar