Selasa, 04 Desember 2018

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN IPS TENTANG “FENOMENA SISWA MALAS MENGERJAKAN PR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SERTA SOLUSI YANG MEMACU KREATIFITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS”


PROBLEMATIKA PENDIDIKAN IPS TENTANG “FENOMENA SISWA MALAS MENGERJAKAN PR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SERTA SOLUSI YANG MEMACU KREATIFITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS”

Disusun oleh:
SRI WAHYUNINGTYAS


KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penyusun dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas UAS dari mata kuliah “Problematika Pendidikan IPS”.
Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi yang ideal dan menjadi dambaan setiap warga masyarakat. Oleh sebab itu wajar apabila berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya juga dilakukan untuk menghilangkan atau minimal mengantisipasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang menghalangi pencapaian kondisi ideal tersebut. Fenomena Siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar  sebagai problematika sosial dianggap sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu fenomena siswa malas mengerjakan PR sering disebut kondisi yang tidak diharapkan, dengan demikian kemunculannya selalu mendorong tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan.          
Realitas yang tidak diharapkan kemudian mendorong dilakukannya perubahan dan perbaikan itulah yang menjadi inspirasi dilakukannya kajian dan studi tentang fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar serta solusi yang memacu kreatifitas siswa pada mata pelajaran  IPS.Di kalangan ilmu sosial, problematika sosial tentang fenomena siswa malas mengerjakan PR dapat dijadikan bidang kajian penting karena pada dasarnya fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar ini selalu muncul dalam realitas kehidupan dunia pendidikan . Hal ini disebabkan karena tidak ada rasa tanggung jawab dan ketidak sukaan siswa pada pelajaran. Seharusnya PR merupakan kesempatan melejitkan prestasi siswa dan mengangkat kualitas pendidikan.
Dalam makalah ini akan disajikan materi yang diharapkan dapat bermanfaat  bagi para pendidik, karena materi yang termuat mengandung nilai edukasi. Maka diperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengatasi fenomena siswa malas mengerjakan PR serta menumbuhkan kreativitas siswa serta menggali minat dan bakat siswa agar memiliki berbagai kemampuan dan keterampilan yang berguna bagi masa depannya
Penyusun sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu  kami harapkan kritik dan saran demi perbaikan di masa depan. Akhirnya penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Dr. H. Moh Rifai M. Pdi yang telah memberikan inspirasi , bimbingan dan ucapan terimakasih pula kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusanan makalah ini, smoga makalah ini bermanfaat bagi berbagai pihak. Penyusun mohon maaf atas segala kekurangan.
                                                       

Madiun, 7 Januari 2017



Penyusun











DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... ... i
Kata Pengantar...................................................................................................... .. ii
Daftar Isi                                                                                                                . iv
BAB I      Pendahuluan
A.    Latar Belakang................................................................................ .. 1
B.     Rumusan Masalah........................................................................... .. 2                       
C.     Tujuan Pembahasan........................................................................ .. 3
BAB II    Pembahasan
A.    Filosofi  Fenomena Siswa Malas Mengerjakan PR dalam Proses
Belajar Mengajar............................................................................. .. 4
B.     Jenis-Jenis Problematika Fenomena  Belajar Siswa........................ .. 4
C.     Pengertian Pekerjaan Rumah (PR) dan Tujuan PR dalam Proses
Belajar Mengajar............................................................................. 11
D.    Perlunya Memberikan Pekerjaan Rumah  [PR] Kepada Siswa....... 13
E.     Manfaat Pekerjaan Rumah (PR) Untuk Siswa Dalam Proses
Belajar Mengajar............................................................................. 14
F.      Alasan Siswa Malas Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)
Dalam Proses Belajar Mengajar...................................................... 17
G.    Faktor – Faktor Penyebab Siswa Malas Mengerjakan PR Dalam
Proses Belajar Mengajar.................................................................. 18
H.    Solusi untuk Mengatasi Siswa Malas Mengerjakan PR dalam
Proses Belajar Mengajar.................................................................. 19
I.       Solusi yang Memacu Kreatifitas Siswa pada Mata Pelajaran IPS.. 28
BAB III   Penutup
A.    Kesimpulan..................................................................................... 29
B.     Saran............................................................................................... 29

Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis fenomena siswa malas mengerjakan PR sebagai segala usaha yang dilakukan untuk mendapatkan solusi yang memicu kreatifitas siswa pada mata pelajaran IPS. Memahami faktor-faktor dan menetapkan  solusi yang berupa tindakan untuk memacu kreatifitas siswa. Juga mempelajari alasan-alasan yang menyebabkan siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar serta cara menetapkan dan kemungkinan solusinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan fenomena siswa malas belajar dalam proses belajar mengajar serta solusi yang memicu kreatifitas siswa pada  mata pelajaran IPS termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar  karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar  yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar.
Berkaitan dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti faktor-faktor  fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar  dan diagnosis  alasan  fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar. Diagnosa untuk mengerti fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti faktor-faktor fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis alasan  fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar merupakan fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar sesuai sebab dan solusinya. Ada fenomena siswa  malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar yang digolongkan kedalam fenomena yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar   merupakan problematika  yang nyaris dialami oleh semua siswa. Fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar dapat diartikan suatu  kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.

B.     Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang  yang  telah dikemukakan,  maka beberapa fenomena  yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Mengapa siswa  perlu diberikan  PR [Pekerjaan Rumah] dalam proses belajar mengajar?
2.      Mengapa siswa malas mengerjakan PR [Pekerjaan Rumah]?
3.      Mengapa PR [Pekerjaan Rumah] bermanfat bagi anak?
4.      Bagaimanasolusi untuk memicu kreativitas siswa -siswa pada mata pelajaran IPS?
5.      Bagaimana  tindakan  guru agar sisiwa mau mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar? 


C.    Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
a.       Mengidintifikasi fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar.
b.      Mengkaji berbagai persoalan tentang fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar
c.       Mengidentifikasi  Alternatif solusi untuk menghadapi fenomena siswa malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar .














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Filosofi  Fenomena Siswa Malas Mengerjakan PR dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,  kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
B.     Jenis-Jenis Problematika Fenomena  Belajar Siswa
Fenomena belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya: (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
1        Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami problematika dalam belajar IPS yang menuntut pemahaman dan penalaran  sesuai disiplin ilmu IPS.


2        Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat indria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3        Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4        Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5        Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapaihasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
Kelompok yang lain, adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum dikuasai. Bisa pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Jenis dan tingkat kesulitan yang dialami oleh siswa tidak sama karena secara konseptual berbeda dalam memahami bahan yang dipelajari secara menyeluruh. Perbedaan tingkat kesulitan ini bisa disebabkan tingkat pengusaan bahan sangat rendah, konsep dasar tidak dikuasai, bahkan tidak hanya bagian yang sulit tidak dipahami, mungkin juga bagian yang sedang dan mudah tidak dapat dukuasai dengan baik.
Siswa yang mengalami problematika  belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif .
Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala problematika belajar, antara lain :
1.      Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4.      Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.      Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6.      Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya.


Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami problematika belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila :
1.      Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
2.      Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever.
3.      Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater)
Untuk dapat menetapkan gejala problematika belajar dan menandai siswa yang mengalami problematika belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami problematika  belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.
1.      Tujuan pendidikan
a.       Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
1)      Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

2)      Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
b.      Tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003
Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
c.       Tujuan Pendidikan Menurut UNESCO
Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut.
Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar.
2.      Kedudukan dalam Kelompok
Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan.
Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata – rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar.
3.      Perbandingan antara potensi dan prestasi
Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula.
Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami problematika  belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever.
4.      Kepribadian
Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatakan mengalami problematika belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, malas mengerjakan PR , sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya.

C.    Pengertian Pekerjaan Rumah (PR) dan Tujuan PR dalam Proses Belajar Mengajar
Pekerjaan Rumah [PR] dalam bahasa inggris disebut homework atau homework assignment merupakan sejumlah aktivitas tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk di kerjakan di luar kelas/sekolah. Pekerjaan rumah bisa bermacam – macam dan bisa dikerjakan secara individu maupun berkelompok.
Pekerjaan rumah diberikan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa, menambah pengetahuan, mengulang materi berikutnya, bahkan mengaplikasikan pengetahuan siswa dalam kehidupan nyata.
Jadi yang dimaksud dengan PR dalam proses belajar mengajar adalah sesuatu yang harus dikerjakan oleh seorang siswa atas perintah guru yang mengajar sebuah bidang studi. Tugas sekolah bisa berbentuk sendiri-sendiri ada juga yang harus dikerjakan secara berkelompok. Tugas yang secara berkelompok ini disebut dengan tugas kelompok. Jadi tugas kelompok harus dikerjakan secara bersama-sama. Jika tugas yang diberikan ini berupa sendiri-sendiri maka penanggung jawabnya juga sendiri-sendiri. Lain halnya dengan tugas kelompok, yang menjadi penanggung jawabnya adalah ketua kelompok yang ditunjuk secara musyawarah dan mufakat.
Tujuan dari  pekerjaan rumah [PR]  dalam proses belajar mengajar :
·         Agar siswa tetap belajar di rumah. Guru terlahir tidak langsung menjadi guru. Guru mengalami masa anak-anak, masa sekolah, masa muda jadi guru itu sudah paham betul bagaimana karakter siswa-siswanya. Agar siswa didiknya terlena dalam bermain sehabis waktu belajar mengajar di sekolah selesai, maka dari itu guru memberi tugas sekolah yang harus di kerjakan di rumah.
·         Supaya siswa membiasakan membaca. Alasannya adalah biar biasa terbiasa dengan membaca buku-buku pelajaran walaupun lagi dirumah. Mengerjakan PR sekolah berarti bukannya siswa tidak mau membaca. Ilmu itu didapat memlalui membaca, memperhatikan dan memahami. Selama tujuannya guru baik tidak perlu mengeluh jika diberi PR. Karena memenag diwaktu muda inilah saatnya menimba ilmu sebanyak-bnayaknya. Jika sudah tua nanti tidak memiliki banyak waktu lagi untuk belajar, walaupun masih bisa belajar namun sudah sulit. Seperti kat lagu Belajar Diwaktu kecil bagai menulis diatas batu. Belajar setelah dewasa bagaikan menulis diatas air. Tinggal dipahami saja maksudnya.
·         Agar tidak keluyuran di luar rumah.  Bisa jadi guru pernah melihat dan memergoki siswa sedang asyik keluyuran di luar rumah bersama teman-temannyatanpa ada keperluan. Nah agar tidak menghabiskan waktu untuk keluyuran, jadi guru memberikan PR. Dengan menumpuknya PR, tentu ada pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah. Dengan demikian tidka akan punya pikiran untuk keluyuran.
·         Jika ada ulangan mendadak dapat nilai bagus. Kadang-kadang guru tidak memeberi tahu kapan diadakan ulangan. Banyak siswa yang kelabakan jka tiba-tiba guru mengumumkan akan ulangan. Jadi tujuan guru memberi PR itu sebenarnya baik, tidaklah bertujuan untuk melarang bermain. Guru ingin siswa didiknya memjadi siswa didik yang berkualitas sehingga mendapatkan nilai bagus pada saat Ujian Nasional nantinya. Dengan seringnya mengerjakan PR sendiri tanpa mencontek sudah tentu jika ada ujian yang mendadak tiakan gentar dan kelabakan, sudah punya persiapan. Basanya soal yang diberikan guru seputar PR yang pernah diberikan.
·         Melatih siswa agar memiliki tanggung jawab. Tujuan dar guru memberikan PR untuk melatih supaya memiliki rasa tangung jawab terhadap diri sendiri. Masalahnya suatu saat nanti makin bertambahnya usia maka semakin mempunyai tanggung jawab yang besar dan harus dipenuhi dengan penuh rasa tanggung jawab. Jadi sejak sekaranglah waktunya untuk melatih menjadi siswa yang bertanggung jawab jika sudah besar nanti. Kalau tidak terlatih sekarang akan kesusahan nantinya jika sudah dewasa. Jadi tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan PR.

D.    Perlunya Memberikan Pekerjaan Rumah  [PR] Kepada Siswa
Zaman sekarang, sepertinya sekolah itu identik dengan PR (pekerjaan rumah). Bukan sekolah namanya kalau tidak ada PR dari guru di sekolah.
Hampir tiap malam anak sekolah mengerjakan PR di rum
Jah. Seolah-olah yang dikatakan belajar itu hanyalah membuat PR!
Paling tidak seperti itulah kesan orang tua yang mempunyai beberapa orang anak yang sedang bersekolah. Yang menjadi pertanyaan, haruskah guru memberi PR kepada siswa? Tentu saja bisa dijawab tidak! Belum ada aturan dan ketentuan yang mengharuskan guru untuk memberikan PR setiap hari.
Pemberian PR kepada siswa hanyalah salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan di sekolah.
Materi pelajaran yang sudah dibahas di sekolah harus dikuasai oleh siswa agar tercapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu guru berupaya memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dengan berbagai cara seperti memberi tugas atau pekerjaan rumah kepada siswa. Bisa saja tugas mandiri atau kelompok.
Kalau pun guru memberikan tugas kepada siswa, itu perlu tindak lanjutnya. Guru harus memeriksa kembali tugas atau pekerjaan siswa. Melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan siswa. Sebab, hal ini akan menjadi motivasi bagi siswa untuk mengerjakan PR berikutnya. Jika tidak dilaksanakan umpan baliknya, boleh jadi siswa akan enggan mengerjakan PR berikutnya.

Jika pemberian PR kepada siswa memang penting, tentu saja yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pengaturan organisasi PR itu sendiri. Tugas yang diberikan dikelola dan ditata menjadi paket yang menarik dan terstruktur bagi siswa. Tidak begitu banyak, dapat dikerjakan, dan tujuan pemberian PR tercapai.
Selain itu koordinasi dengan guru mata pelajaran lain perlu dipertimbangkan. Hal ini menghindari bertumpuknya PR siswa dalam satu malam. Koordinasi guru mata pelajaran dalam meberikan PR hanyalah sekadar mengatur regulasi PR agar siswa tidak jenuh belajar di rumah.

E.     Manfaat Pekerjaan Rumah (PR) Untuk Siswa Dalam Proses Belajar Mengajar
Salah satu kewajiban anak adalah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru di sekolah. Anak seringkali merasa kesal dan malas jika diberikan PR oleh guru. Walaupun banyak peneliatian yang mengatakan bahwa PR bermanfaat buruk bagi perkembangan anak,  Padahal mengerjakan PR memiliki sejumlah manfaat bagi anak. manfaat dari siswa mengerjakan PR dalam proeses belajar mengajar:
1.      Melatih siswa Belajar Mandiri
Saat mengerjakan PR,siswa akan berusaha mengerjakan sendiri tugas sekolahnya. Setelah merasa kesulitan, barulah ia akan meminta bantuan orang lain terutama orangtua.
2.      Mengulang Pelajaran Sekolah
Guru akan memberikan PR berkaitan dengan topik yang baru saja diajarkan. Dengan mengerjakan PR siswa akan harus mengingat dan mengulang kembali pelajaran yang telah diberikan guru di sekolah. PR membantu siswa mengingat kembali apa yang pernah mereka pelajari di sekolah. Selain itu, PR juga membuat siswa jadi lebih baik banyak mencari tahu.


3.      Melatih Disiplin Mengerjakan Tugas
Mengerjakan PR membutuhkan kedisiplinan. Siswa  akan berusaha untuk melakukan kewajiban yang diberikan oleh guru untuk mendapatkan penilaian yang baik.
4.      Melatih siswa Mengatur Waktu
Membuat PR juga bermanfaat melatih anak untuk mengatur waktu. Siswa harus meluangkan waktu untuk mengerjakan PR yang diberikan guru sehingga ia harus dapat membagi waktu untuk melakukan berbagai aktivitas harian seperti belajar, bermain, les, dsb.
5.      Mendorong siswa untuk Memprioritaskan Pendidikan
Mendapatkan tugas untuk mengerjakan PR dari guru di sekolah membuat anak lebih memprioritaskan untuk menyelesaikan tugas sekolah tersebut daripada aktivitas lain yang kurang penting seperti menonton TV atau bermain.
6.      Mendorong Partisipasi Orangtua
Salah satu manfaat PR adalah mendorong partisipasi orangtua untuk terlibat membantu anak belajar di rumah. Setidaknya orangtua akan peduli apakah anaknya mengerjakan PR atau tidak. Lebih jauh, orangtua dapat menemani anak mengerjakan PR atau membantu saat anak mengalami kesulitan. Hal ini selain meningkatkan kepedulian orangtua terhadap proses belajar anak, juga dapat meningkatkan interaksi orangtua dengan anak.
7.      Membangkitkan Inisiatif
Salah satu manfaat PR adalah membangkitkan inisiatif anak. Pada dasarnya PR adalah kewajiban yang harus dilakukan sendiri oleh siswa. Siswa  harus bisa memilih waktu yang tepat untuk mengerjakan PR tersebut. Siswa  mungkin harus membaca atau membuka pelajaran sebelumnya. Siswa  juga dapat meminta bantuan orang lain untuk mengajari jika ia menemui kesulitan.


8.      Mendorong Kreativitas
PR sekolah tidak selalu dalam bentuk soal, perhitungan, atau hafalan. Seringkali PR diberikan dalam bentuk tugas menganalisis hasil proyek, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, membuat laporan karya tulis, membuat laporan penelitian dan lain sebagainya yang dapat mendorong kreativitas siswa.
9.      Melatih Kerja Keras
Mengerjakan PR dapat melatih siswa untuk bekerja keras. Mengerjakan PR mungkin membutuhkan pengorbanan, usaha dan waktu. Jika siswa  terbiasa dengan melakukan tugas yang diberikan guru, ia mungkin lebih siap saat menerima tantangan untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan usaha sugguh-sungguh.
10.  Memahami Kewajiban
Mengerjakan PR dapat membantu anak membiasakan diri menjalankan kewajiban. Hal ini membuat siswa lebih siap untuk menjalankan kewajiban lainnya.
11.  Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Membuat PR dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa.  Siswa  akan berusaha sendiri sedapat mungkin untuk mengejakan PR tanpa bantuan orang lain.
12.  Meningkatkan Keterampilan
PR membuat siswa terbiasa dengan kegiatan sekolah. Dengan mengerjakan PR, siswa-siswa belajar untuk mengubah kesalahan mereka, meningkatkan keterampilan mereka, dan menerapkannya untuk manfaat yang lebih baik. Selain itu, akan membangun sikap pada siswa untuk mengekplorasi dan belajar.



F.     Alasan Siswa Malas Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)Dalam Proses Belajar Mengajar
Pekerjaan Rumah (PR) merupakan sebgaian sesuatu yang menyenangkan namun tidak sedikit yang mengaganggapnya sebagai momok besar dan menakutkan, maka alasan –alasan inilah yang menyebabkan siswa  malas mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar:
1.      Lupa jika ada PR
2.      Tidak tahu soalnya karena kemarin tidak masuk
3.      Sudah mengerjakan tetapi buku PR tertinggal di rumah
4.      Ada aktifitas lain yang lebih penting
5.      Tidak bisa mengerjakan PR
6.      Sedang sedih karena tertimpa musibah sehingga tidak bisa konsentrasi
7.      Malas untuk mengerjakan PR
8.      Tugas terlalu banyak sehingga hanya sebagian yang bisa dikerjakan
9.      Ada yang belum jelas saat guru menerangkan sehingga perlu bertanya lagi sebelum dapat mengerjakan PR
10.  Bukunya dipinjam teman yang rumahnya jauh
11.  Siswa belum paham
12.  Keterbatas sumber belajar
13.  Ketidakpercayaan diri mengerjakan PR sendiri [jika tugas individu]
14.  Ketidak cocokan dengan anggota kelompok [jika tugas kelompok]
15.  Siswa kecapekan
16.  Batas waktu tugas yang terlalu cepat atau terlalu lambat
17.  Menganggap PR tidak penting
Dengan adanya Pekerjaan Rumah [PR] bagi siswa dalam proses belajar mengajar akan meningkatkan ketertarikan serta kepercayaan dalam diri siswa. Guru memberikan apresiasi atas PR yang sudah dikerjakan siswa. Dengan komentar yang positif  guru  bisa meningkatkan motivasi belajarpada siswa untuk lebih giat lagi belajar. Begitu pula siswa sendiri, mereka akan bersemangat belajar dengan mengikuti PR yang diberikan kepada mereka sampai berhasil
G.    Faktor – Faktor Penyebab Siswa Malas Mengerjakan PR Dalam Proses Belajar Mengajar
Tidak sedikit orang tua yang mengeluh problem anaknya, dari problem yang sepele hingga problem yang besar dan rumit penyelesainnya. Problem yang sepele namun jika tidak dicarikan jalan keluarnya suatu saat bisa jadi bukan dinamakan sepele lagi. Contohnya:  Problem anak yang tidak suka mengerjakan PR dalam proses belajar mengajar. Nah pada pembahasan kali ini akan disampaikan tentang faktor-faktor hingga solusi dari problematika sepele yang bukan sepele ini.
Pokok problem anak malas mengerjakan PR sebenarnya adalah dampak dari problematika lain yaitu tidak adanya rasa tanggung jawab dan ketidaksukaan anak terhadap pelajaran. Namun penyebab yang nampak bisa jadi berbeda-beda sesuai dengan keadaannya masing-masing. Berikut ringkasan faktor penyebabnya:
1.      Dari sisi guru
Ketidaksukaan anak terhadap pelajaran guru adalah sumber problematika dalam hal ini. Karena sebenarnya anak jika suka dengan sesuatu pasti akan melakukannya tanpa didorong dan tanpa dipaksa. Ia akan melakukan dengan senang hati seakan sedang melakukan analisis tentang macam –macam kebudayaan di nusantara pada mata pelajaran IPS. Sebab lain juga karena tidak ada penjelasan yang lengkap tentang PR anak tersebut. Pada akhirnya PR menjadikan anak terlalu berpikir luas dengan pikiran dan bayangan yang salah.

2.      Dari sisi orang tua
Penyebab dari sisi ini adalah tidak adanya dorongan dari orang tua kepada anak untuk segera mengerjakan PR. Betapa banyak  problematika anak karena memang tidak ada dorongan dari orang tuanya. Orang tua bersikap acuh, atau sekedar perintah ini dan itu tanpa memantaunya lebih lanjut.


3.      Dari sisi anak
Sikap acuh dan banyaknya faktor pengganggu menjadi sebab lalainya anak dalam segala hal. Inilah sumber problematika  bagi anak yang malas mengerjakan PR. Anak merasa ada hal yang lebih menyenangkan dan lebih utama dia kerjakan seperti bermain dan melihat TV daripada mengerjakan PR.

H.    Solusi untuk Mengatasi Siswa Malas Mengerjakan PR dalam Proses Belajar Mengajar
Pada bagian ini adalah dua hal yang ingin kita sampaikan. Yang pertama hendaknya orang tua lebih banyak membaca buku berkaitan dengan pendidikan anak dan pengembangan hobi anak. Yang kedua harus diingat bahwa problematika  pada seorang manusia itu selalu terbangun dan saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Karena manusia itu sendiri terbentuk dari kecerdasan, interaksi, dan perilaku atau akhlak. Oleh karena itu terkadang solusi pada suatu problematika  adalah dengan menggabungkan beberapa solusi hingga terbentuk suatu jurus yang jitu, efisien, dan tepat sasaran. Intinya dalam hal ini adalah bagaimana setiap pihak bekerjasama mengurai problematika  anak;
·         Solusi dari sisi guru
·         Solusi dari sisi orang tua
·         Solusi dari sisi siswa
 Problematika tidak akan selesai jika masing-masing tidak mau introspeksi dan segera memperbaiki diri jika masih belum maksimal dengan masalah siswa.
1.      Solusi dari sisi guru
Guru harus bisa memadukan sisi mengajar dan belajar ketika memberikan PR. Artinya antara seorang guru dan siswa ada kesepakatan janji dalam menyelesaikan Prnya dengan baik dan disiplin. Tingkat kesulitan dan jangka waktu mengerjakan harus benar-benar disesuaikan dengan kemampuan siswa. Ingatlah, siswa terkadang bukan hanya mengerjakan PR satu mata pelajaran saja.
Seorang guru juga harus mengetahui penyebab beberapa siswa yang tidak menyelesaikan PRnya. Hal ini supaya menjadi pelajaran berharga bagi siswa yang bersangkutan dan juga teman-temannya. Caranya dengan suatu saat siswa diberi tugas menggambar  materi  tentang Penampang Relief  Permukaan Bumi pada mata pelajaran IPS, sebab malasnya siswa tidak mengerjakan PR. Dengan ini guru akan segera mengetahui akar masalahnya kemudian segera memberikan solusinya. Karena terkadang suatu problem berkaitan dengan cara pandang siswa yang salah, dan langkah pertama meluruskannya adalah dengan mengetahui problematika  tersebut sejak dini.
Tindakan guru yang mungkin bisa membuat siswa siap untuk mengerjakan PR:
a.       Refleksi oleh guru
Setiap selesai membahas materi pelajaran, sebaiknya guru segera melakukan refleksi. Bagi guru, melakukan refleksi bukanlah hal yang baru. Dengan sering melakukannya diharapkan pembelajaran yang dilakukan akan semakin baik. Dengan demikian penguasaan siswa terhadap materi ajarpun semakin baik pula. Usahakan agar setiap menyajikan materi yang dibahas tidak membosankan siswa dan ciptakan pembelajaran semenarik mungkin.
b.      Memastikan siswa menguasai materi ajar
Siswa akan memahami dan tertarik dengan apa yang akan dikerjakannya di rumah jika kompetensi yang dituntut penguasaannya telah dikuasainya. Seorang guru dipastikan tahu bagaimana cara mengukur kemampuan siswanya. Dengan memastikan siswa telah menguasai materi ajar, maka mereka akan siap untuk mengerjakan PR.
c.       Hindari hari-hari dengan PR
Jika satu hari siswa belajar 4 mata pelajaran, maka cukup satu atau dua mata pelajaran saja yang ada tugas PRnya. Jangan keempat mata pelajaran yang dibahas pada hari itu ada tugas PRnya. Mata pelajaran yang lain bisa dibuat PRnya pada kesempatan lain; esok, lusa, atau minggu depan.
d.      Jangan membebani siswa
Memberikan jumlah tugas melalui PR yang terlalu banyak bisa menjadi beban bagi siswa. Akibatnya siswa stress dan malas mengerjakannya. Berikan hanya beberapa soal dengan tingkat kesulitan mudah, sedang, dan sukar. Yang penting bisa memunculkan rasa tanggung jawab, disiplin, percaya diri, dan bisa mengasah kemampuannya.
e.       Wajib diperiksa/koreksi
Sebab utama yang bikin siswa malas mengerjakan PR adalah guru tidak menghargai pekerjaan siswa karena tidak memeriksa/mengoreksi hasil kerjanya. Dan ini bisa jadi kesalahan fatal yang dilakukan guru! Kalaupun tidak ada waktu, PR bisa diperiksa dikesempatan lain.
f.       Koreksi secara bersama
Dengan menyisihkan sedikit waktu untuk mengoreksi bersama (klasikal) melalui tukar silang antar siswa akan meningkatkan motivasi belajar dan berkompetisi siswa. Selain itu mengoreksi bersama bisa jadi merupakan pengayaan bagi siswa yang cepat dan remedial bagi siswa yang lambat. Syaratnya, sambil mengoreksi guru mengulang kembali dengan penjelasan singkat dan tugas yang dikoreksi tidak banyak tapi cukup untuk mengukur penguasaan kompetensi siswa sebelumnya.
g.      Masukkan nilai ke DN (Daftar Nilai)
Setiap nilai yang diperoleh siswa harus didokementasikan guru di daftar nilai tugas siswa. Harus dibedakan antara DN (Daftar Nilai) dengan daftar nilai tugas siswa. Daftar nilai tugas siswa adalah daftar kumpulan nilai tugas/PR siswa yang hasil rata-ratanya dimasukkan ke DN (Daftar Nilai) sebenarnya.


h.      Hukuman bagi siswa yang tidak mengerjakan PR
Berikan hukuman sewajarnya dan bersifat mendidik bagi siswa yang tidak selesai atau tidak mengerjakan PR. Kalau bisa guru tidak menerima alasan apapun yang diberikan oleh siswa yang tidak mengerjakan PR. Dengan demikian semua siswa yang hadir/tidak hadir pada sesi sebelumnya akan berpikir dua kali jika mereka berniat untuk tidak mengerjakan PR.
Itulah beberapa tindakan guru yang mungkin bisa membuat siswa sedia untuk mengerjakan PR.
Guru sebaiknya dalam memberikan PR pada siswa dalam proses belajar mengajar adalah:
·         Sampaikan dengan jelas maksud dan tujuan penugasan/pemberian PR.
·         Sesuaikan jenis tugas/PR dengan apa yang sudah guru sampaikan sebelumnya. Jika PR/tugas dimaksudkan untuk persiapan materi berikutnya, sebaiknya sudah ada guideline dan deskripsi tentang materi berikutnya.
·         Berikan tugas/PR secara proporsional mengenai jenis, jumlah dan durasi. PR tidak harus menghabiskan waktu luang siswa, melainkan seberapa dalam mereka belajar melalui tugas/PR tersebut.
·         Berikan variasi tugas atau PR. Sebaiknya PR diberikan secara kontekstual, nyata dalam kehidupan sehari-hari. Anak bahkan boleh memilih tugas/PR sesuai kemampuan dan kesukaan, tetapi tetap dalam materi yang sama.
·         Sampaikan penilaian tugas/PR akan seperti apa sehingga anak akan tahu apa saja yang harus diperhatikan selama mengerjakan PR atau tugas tersebut.
·         Hindari penugasan/PR yang monoton dan seragam misal mengerjakan LKS, buku soal-soal latihan yang akan memungkinkan siswa menyepelekan, saling bergantung kepada teman lain sehingga yang terjadi hanya satu siswa yang mengerjakan dan siswa lain mencontek, Alhasil, semua jawaban tugas/PR sama.
·         Koreksi tugas/PR segera setelah siswa mengumpulkan tugas/PR nya dan berikan feedback, lalu kembalikan kepada siswa atau dibahas atau diumumkan atau dipresentasikan. Jika tidak dilakukan, siswa cenderung akan malas mengerjakan tugas/PR berikutnya, atau mengerjakan asal-asalan, yang penting mengumpulkan. Tentu siswa akan berpikir bahwa mengerjakan PR akan sia-sia, bisa mencontek saja dengan mengganti identitas siswa.

2.      Solusi dari sisi orang tua
Orang tua hendaknya memberikan bantuan dan semangat yang maksimal kepada anaknya dalam hal ini. Pertama yang dilakukan orang tua adalah mengetahui hal yang merangsang dan yang menyenangkan bagi anak dalam hal pelajarannya. Baik dengan membuat catatan kecil atau dengan meminta mereka menulis apa yang mereka ketahui kemudian mengambil intisari catatannya yang berkaitan dengan PR. Bisa juga mengaktifkan segala sarana yang ada hubungannya dengan PR, baik dari koran, majalah, radio, internet, TV dan alat-alat elektronik lain.
PR terkadang memang berbeda-beda tingkat kesulitannya. Maka orang tua harus berusaha membantu menyelesaikan dan menerangkan PR tersebut. Hal ini supaya anak benar-benar merasa bahwa keluarga ‘sehati’ bersamanya dalam menyelesaikan PR. Yang terakhir, hendaknya selalu memberikan rasa tanggung jawab kepada anak dan disiplin waktu. Paling tepat adalah memberi batasan waktu tertentu untuk pelajarannya di rumah, misalnya setelah pulang dari sekolah, atau setelah makan dan seterusnya. Demikian juga memberikan batasan lamanya setiap aktivitas anak, hingga meskipun suatu saat tidak ada PR, bisa diganti dengan mengulang pelajaran atau minimal membaca pelajaran yang disampaikan guru hari itu.


Berikut ini cara memotivasi semangat anak agar mereka mampu menyelesaikan pekerjaan rumah antara lain:
a.       Berikan Suasana yang Nyaman
Tugas yang menumpuk yang didapatkan anak dari sekolah bisa jadi sudah begitu membebaninya. Jika ditambah dengan suasana rumah yang tak menyenangkan seperti gaduh dimana-mana, ibu yang berteriak-teriak atau malah membebani anak dengan banyak pekerjaan lain untuk membantu ibu, sudah pasti hal ini malah akan semakin membuat anak tertekan dan hasilnya anak malah akan semakin menunda-nunda menyelesaikan pekerjaan rumah yang ia dapat dari sekolah dengan alasan telah terlebih dahulu lelah dengan tugas yang ibu berikan.
Untuk itulah, sebisa mungkin upayakan anak agar mendapatkan suasana rumah yang menyenangkan. Sewaktu ibu membutuhkan bantuan mereka, namun saat yang bersamaan anak tengah disibukan dengan buku dan peralatan sekolahnya. Alangkah lebih baik jika ibu mengurungkan niatan untuk meminta bantuan mereka. Sebaliknya, mintalah anak untuk melanjutkan pekerjaan rumahnya dan berikan kata-kata yang bisa memotivasi anak agar semakin giat menyelesaikannya. Ketika suasana rumah nyaman, maka stres yang ada dalam diri anak bisa lebih diredam.
b.      Jangan Biarkan Anak Belajar dengan Perut Kosong
Salah satu faktor stres dan kesulitan belajar pada diri anak bisa jadi dipengaruhi karena perut anak dalam keadaan kosong. Untuk itulah, sewaktu anda mendapati ekspresi anak yang tertekan ditengah waktu waktu belajarnya, maka mintalah anak untuk istirahat sejenak dan makan. Ingatkan anak untuk mengisi perutnya agar semangat mereka bisa kembali hadir sehingga kegiatan mengerjakan PR dirumah bisa menjadi lebih tenang dan lebih nyaman.


c.       Jangan Menyatpami Anak
Hanya karena anda ingin memastikan jika anak bisa menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan baik dan sempurna, anda lantas terus berdiri sepanjang anak mengerjakan PR-nya dengan melipat tangan didada seolah seperti seorang satpam atau petugas. Percayalah, bukan membuat anak dapat lebih mudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, hal ini malah akan membuat konsentrasi mereka buyar karena merasa tegang.
Sebaiknya, percayalah pada anak anda dan tanyakan pada mereka apakah mereka sudah selesai mengerjakannya atau belum, dan mintalah mereka untuk tidak segan meminta bantuan anda saat mereka benar-benar merasa tidak mampu menyelesaikannya. Nah, dengan begini anda akan dapat mengontrol apakah mereka menyelesaikan dengan keseluruhan atau tidak.
d.      Tengok Sesekali
Dalam rangka memastikan jika anak anda mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan baik. Maka tidak ada salahnya jika anda menengok mereka sesekali. Namun ingat, jangan terlalu sering, atau pada akhirnya anda akan berakhir seperti poin diatas dengan menyatpami mereka. Tengoklah anak-anak sesekali, jika memungkinkan pastikan jika mereka tidak menyadari bahwa anda tetap mengontrolnya. Dengan begini, anda akan tetap dapat memastikan anak-anak tetap mengerjakan PR nya dan berusaha menyelesaikannya dengan baik.
e.       Pujilah Pekerjaan dan Kerja Keras Mereka
Memuji pekerjaan anak-anak dan kerja keras mereka dalam mengusahakan sesuatu akan membuat mereka seolah dihargai dengan baik. Ketika anak-anak merasa dihargai, maka akan secara otomatis mereka akan berusaha lebih keras lagi.

Untuk itulah, tidak ada salahnya ketika anak mendapatkan nilai ujian atau quis yang baik dengan skor yang tinggi, tempelkan nilai ulangan ini didepan pintu kulkas atau puji anak atas kerja kerasnya. Atau juga anda bisa melakukan hal lain seperti memasakan anak makanan kesukaannya. Dengan begini, selain mereka merasa senang, hal ini juga akan membuat mereka merasa temotivasi untuk melakukan yang lebih baik dari sebelumnya.
f.       Berikan Contoh yang Baik
Ketika anda mengharapkan anak-anak bisa menjadi rajin dan mampu mengerjakan semua tugas yang menjadi kewajibannya. Maka, sebaiknya jadilah contoh yang baik. Anak-anak akan dengan mudah menjadi seorang yang baik, jika orangtua mereka adalah teladan yang sempurna untuk mereka. Begitupun sewaktu anak mengerjakan PR nya, jika mereka melihat orangtuanya rajin, maka tidak ada alasan untuk anak-anak menjadi malas-malasan. Apalagi jika mereka mengetahui latarbelakang pendidikan ayah dan ibunya selalu cemerlang, hal ini akan secara otomatis memotivasi anak untuk setidaknya bisa sama seperti ayah dan ibunya.
PR yang didapatkan anak-anak dari sekolah seringkali membuat anak merasa tertekan dan stres. Namun dilain sisi, ini juga menjadi kewajiban untuk mereka selesaikan. Nah, dengan demikian memacu semangat anak untuk bisa menyelesaikan tugasnya adalah solusi terbaik. Tips diatas diharapkan mampu membantu ibu membuat anak-anak agar mau menyelesaikan pekerjaan rumahnya dengan baik.

3.      Solusi dari sisi anak
Pribadi anak juga menjadi faktor selesai dan tidak selesai tugasnya. Seorang anak hendaknya berusaha seimbang mengatur aktivitas harian.. Seimbang dalam beraktivitas tertentu jangan menabrak waktu aktivitas yang lain. Tidak kalah penting juga mendidik anak supaya tertib dalam urusan prioritas pekerjaan. Siswa harus benar-benar menyadari melakukan pekerjaan prioritas, mana yang paling penting dari yang penting.
a.       Rencanakan waktu kosong sepulang sekolah.
Akan lebih baik lagi jika kamu bisa mengerjakan PR saat waktu kosong atau saat istirahat sehingga tidak ada lagi beban yang harus dikerjakan di rumah.
b.      Kondisikan suasana belajar yang kondusif.
Rapikan meja belajar (jika terlalu berantakan, setidaknya kosongkan satu spot) untuk menaruh buku-buku dan peralatan belajar yang kamu butuhkan.
c.       Garisbawahi kata-kata penting dalam buku.
Hal ini akan mempermudah kamu mendapatkan jawaban. Jika kamu tidak menemukan jawaban, jangan putus asa. Bacalah buku secara perlahan dan seksama. Terkadang gajah di pelupuk mata tidak kelihatan
d.      Bagilah waktu mengerjakan PR.
Belajar tanpa jeda terdengar lebih efektif karena cepat selesai, namun hal ini tidak baik karena otak diforsir untuk terus bekerja. Bagilah waktu mengerjakan PR misalnya setiap satu jam belajar, kamu akan break selama 5-10 menit. Penting juga untuk selalu menyediakan air minum saat belajar karena air dapat merefresh pikiranmu.
e.       Beri reward
Ketika selesai mengerjakan PR berilah penghargaan untuk diri sendiri. Hal ini bisa berupa apa saja seperti menonton acara kesukaanmu atau membaca komik.


I.       Solusi yang Memacu Kreatifitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPS
Guru memberikan beberapa pilihan PR kepada siswa dengan satu materi yang sama. Sehingga cara pengerjaannya saja yang berbeda sesuai dengan kemampuan dan ketertarikan siswa. Usahakan PR tidak mudah untuk ditiru atau saling mencontek, bahkan lebih baik jika PR atau tugas tersebut ada dalam kehidupan sekitar siswa sehari-hari.
a.       Mendiskusikan tentang data jalur pelayaran internasional yang sudah terangkum dalam kegiatan sebelumnya
b.      Mempresentasikan hasil diskusi dan mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan tema sebelumnya yaitu pemanfaatan lokasi strategis Indonesia.
c.       Mencari informasi tentang posisi Indonesia secara astronomis, geografis dan geologis
d.      Menganalisis posisi Indonesia dalam jalur pelayaran dunia
e.       Mengambahkan keluasaan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan pemanfaatan lokasi strategis Indonesia
f.       Membuat laporan tertulis tentang keunggulan iklim di Indonesia
g.      Membuat resume tentang point-point telaah tentang peninggalan kebudayaan dan pikiran masyarakat indonesia pada masa penjajahan dan tumbuhnya semangat kebangsaan dalam aspek geografis, ekonomis, budaya, pendidikan dan politik yang ada di lingkungan sekitarnya.
h.      Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isutentang materi Potensi Sumber Daya Alam (jenis sumber daya, penyebaran di darat dan laut)
i.        Mengumpulkan dan mengolah data tentang materi Sumber Daya Manusia yang meliputi jumlah, sebaran, dan komposisi; pertumbuhan; kualitas (pendidikan, kesehatan, kesejahteraankeragaman etnik (aspek-aspek budaya)
j.        Membandingkan data kependudukan  (sebaran dan pertumbuhan)  berdasarkan tahun
k.      Membuat peta penyebaran sumber daya alam di Indonesia
l.        Menyajikan data kependudukan dalam bentuk grafik batang atau Pie
m.    Menganalisis dampak positif dan negative interaksi antar ruang
n.      Menganalisis pengaruh teknologi internet terhadap penawaran dan pemintaan
o.      Menyajikan data pengaruh interaksi social terhadap kehidupan sosial budaya
p.      Mengemukakan upaya mengembangkan ekonomi maritim dan agrikultur.
q.      Mengidentifikasi masalah akibat interaksi antar ruang
r.        Mencari solusi terhadap dampak interaksi antar ruang








PENUTUP

A.    Kesimpulan
PR atau Pekerjaan Rumah adalah kesempatan melejitkan prestasi anak dan sarana penghubung madrasah dengan keluarga. PR adalah metode mengangkat kualitas hasil pendidikan, tentu dengan syarat jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan uraian pada BAB II diatas, penyusun menyimpulkan bahwa:
Faktor-faktor yang cenderung di jadikan sswa sebagai alasan tidak membuat PR antara lain:
1.      Lupa kalau ada tugas.
2.      Sulitnya PR yang diberikan oleh guru
3.      Tidak tahu soalnya karena kemarin tidak masuk sekolah.
4.      Sudah mengerjakan tapi buku atau tugasnya tertinggal di rumah.
5.      Ada aktifitas lain yang sangat penting.
6.      Tidak bisa mengerjakan.
7.      Sedang sedih karena tertimpa musibah sehingga tidak bisa konsentrasi.
8.      Malas untuk membuat PR.
9.      Tugasnya terlalu banyak sehingga hanya sebagian yang bisa dikerjakan.
10.  Ada yang belum jelas saat guru menerangkan sehingga perlu bertanya lagi sebelum dapat mengerjakan tugas.
11.  Bukunya dipinjam teman yang rumahnya jauh.

Sementara itu, manfaat pengerjaan PR  bagi siswa antara lain:
1.      Berlatih manajemen waktu, disini kita berpikir kira-kira kapan waktu yang tepat untuk membuat PR sehingga tidak berbenturan dengan kegiatan lainya, dengan ilmu manajemen waktu yang bagus maka secara tidak langsung kita telah menjadi orang yang disiplin.
2.      Membaca kembali pelajaran, ilmu yang sudah didapat dari guru di kelas tentu akan lebih dipahami apabila sepulang sekolah  kita mempelajari kembali ilmu tersebut.
3.      Memberikan penghargaan pada diri sendiri, apabila tugas yang kita kerjakan ternyata benar dan mendapat nilai bagus dari guru maka ada kemungkinan kita menjadi bangga dan senang.
4.      Melatih diri agar rajin, sulitnya mengatur diri sendiri maka seringkali muncul rasa malas ketika hendak melakukan aktifitas tertentu, hal ini tentu tidak akan terjadi jika kita sudah biasa berlatih untuk rajin mengerjakan PR.
5.      Menumbuhkan sikap tanggung jawab, setiap tugas yang kita peroleh akan terlaksana dengan baik jika adanya rasa tanggung jawab karena bisa jadi suatu beban pikiran apabila kita tidak mengerjakanya .
6.      Mengembangkan ketrampilan, dengan membaca menulis atau mengerjakan tugas maka ada kemampuan baru yang masuk kedalam diri kita.

B.     Saran
            Saran dari penyusun tentangProblematika Pendidikan IPS Tentang “Fenomena Siswa Malas Mengerjakan PR Dalam Proses Belajar Mengajar Serta Solusi Yang Memacu Kreatifitas Siswa Pada Mata Pelajaran IPS”ini, dapat dilakukan dengan beberapa upaya sebagi berikut:
1.      Tugas yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di kelas
2.      Usahakan tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan minat yang lebih besar
3.      Waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan
4.      Upayakan agar siswa tahu tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai; dan
5.      Guru tidak sungkan memberikan hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman kepada mereka yang tidak mengerjakannya dengan konsekuen.
6.      Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Untuk mendapatkan pendidikan yang baik maka perlu adanya pemahaman terhadap dasar dan tujuan pendidikan secara mendalam.
7.      Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siswa harus mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari luar seperti lingkungan.








DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, 2000, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta.
Margono, 1986. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Sardimn A.M., 2000, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Perss, Jakarta.

http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2008/07/pengaruh-pemberian-pr-dalam.html
http://lpunrt.blogspot.co.id/2012/03/studi-tentang-penyebab-siswa.html
http://www.kesekolah.com/artikel-dan-berita/pendidikan/manfaat-pr-bagi-siswa.html
http://riyadhulquran.com/sebab-dan-solusi-anak-malas-mengerjakan-pr/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar