Paradigma penelitian, rumusan
masalah, dan hipotesis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki
peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Suatu landasan teori dari
suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur
atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah
tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh
kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan
pada pendapat baru.
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari
hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan
membaca, dan menelaah yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan
landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan
keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).
Untuk membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks,
kamus, ensiklopedia, journal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti
tidak memiliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di
perpustakaan, baik perpustakaan lembaga formal, maupun perpustakaan pribadi.
Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga criteria, yaitu
relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah,
penilitian ini justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama).Relevansi berkenan
dengan kecocokan antara variable yang diteliti dengan teori yang dikemukakan,
kelengkapan berkenan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenan
dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin
mutakhir teori.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang
akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil
penelitian yang relevan dengan apa yang diteliti dapat dilihat dari:
permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel
penelitian, metode penelitian, analisis, dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang
terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan
bermotor di Jawa Timur, dan peneliti berikutnya menelirti di Jawa Barat. Jadi
hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua ini dapat mengunakan referensi
hasil penelitian yang pertama.
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah selanjutnya
dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan
sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata dalam
Sugiyono, 2010:52). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu
mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial
and error). Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu
merupakan cara ilimiah untuk mendapatkan data.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam
penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan,
mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian.
Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke
dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan
paradigm penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. Berdasarkan
kerangka berfikir tersebut selanjutnya disususn hipotesis.
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dipelajari. Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap,
diharapkan para tenaga pengajar dapat menyertakan metode-metode penelitian
serta hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dalam bidang yang sedang
diajarkan. Oleh karena itu dalam makalah
ini disajikan bagian dari materi Metode penelitian tersebut, yakni tentang
landasan teori, kerangka pikir dan hipotesis.
B. Batasan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas tentang:
1. Langkah langkah untuk dapat
melakukan pendiskripsian teori
2. Konsep kerangka berpikir
3. Contoh hipotesis penelitian
4. Contoh hipotesis penelitian yang
mengandung hipotesis statistic
5. Paradigm penelitian, rumusan
masalah, dan hipotesis
BAB II
Kajian Pustaka
A. Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan
meramalkan fenomena. (Neumen dalam Sugiyono, 2010:52). Teori adalah
generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan
berbagai fenomena secara sistematik. (Wiliam Wiersma dalam Sugiyono, 2010:52).
Sitirahayu Haditono, 1999 menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963 membedakan adanya tiga
macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian
dapat dibedakan antara lain:
- Teori yang deduktif: memberikan
keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif
tertentu ke arah data akan diterangkan.
- Teori yang induktif: adalah
cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam bentuk ekstrim titik
pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
- Teori yang fungsional: di sini
tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu
data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali
mempengaruhi data.
Berdasarkan
tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut.
- Teori
menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini
biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu
hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat
diramal sebelumnya.
- Suatu
teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu.
Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh
itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif).
- Suatu
teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya tedapat hubungan yang fungsional antara
data dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan
data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa, suatu teori
adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian
ini diperoleh malalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori
adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi,
dan proporsisi yang disusun secara sistematis. Secara umum, teori mempunyai
tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction),
dan pengendalian (control) suatu gejala (Sugiyono, 2010).
Numan (dalam Sugiyono, 2008) mengatakan
bahwa tingkatan teori dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: micro, meso, dan macro.
- Level
teori micro maksudnya:
memerlukan hanya sedikit waktu, tempat, dan sejumlah orang. Konsep,
biasanya tidak terlalu abstrak.
- Level
teori meso maksudnya: mencoba
menarik benang merah antara micro dan macro. Contoh: teori organisasi dan
gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
- Level
teori macro: berkenaan dengan hal-hal yang
operasional seperti lembaga sosial, sistem budaya secara
keseluruhan, dan keseluruhan masyarakat. Level ini banyak menggunakan
konsep dan abstract.
Selanjutnya, Numan mengatakan bahwa fokus teori dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu: teori substantif, teori formal, dan teori pertengahan (antara):
- Teori substantif
adalah pengembangan dari hal-hal yang khusus, seperti: aksi pemogokan
kerja, kelompok anak nakal, perceraian, atau pertentangan antar golongan.
- Teori
formal adalah konsep yang global di dalam ilmu umum, seperti penyimpangan
– penyimpangan dalam bidang sosial dan kekuasaan.
- Teori
pertengahan (antara) adalah sedikit lebih abstrak. Bentuknya dapat formal.
Biasanya digunakan didalam ilmu sosiologi.
Teori yang digunakan untuk perumusan
hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori substantif,
karena teori ini lebih fokus berlaku untuk obyek yang diteliti.
B. Landasan Teori
Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan uraian
sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa
jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan tergantung pada luasnya
permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Landasan
teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh,dan
bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis
ini merupakan cirri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data.
Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel
independen dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada
empat kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan variabel
independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang
diteliti, maka akan semakin banyak teori yang dikemukakan (Sugiyono, 2010:58).
Landasan teori paling tidak berisi tentang penjelasan
terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian
yang lengkap dan mendalam dari berbagai dari berbagai referensi, sehingga ruang
lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan
diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. (Sugiyono, 2010:58).
Suatu
landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga
disebut sebagai studi litelatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya
tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian
atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para
ahli.
Kemudian
dirumuskan pada pendapat baru. Penulisan harus belajar dan melatih dirinya
untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan semua bahan
dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot
ilmiah.
c. Kerangka Berfikir
Uma dalam bukunya Business Research
(1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu
dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam
penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan,
mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel
tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigm penelitian. Oleh karena
itu pada setiap penyusunan paradigm penelitian harus didasarkan pada kerangka
berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan
apabila dalam penelitian tersebut berkenan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk
masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang
diteliti (Sapto Haryoko, 1999).
Penelitian
yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan hipotesis
yang berbentuk komparasi maupun hubungan. Oleh karena itu dalam rangka menyusun
hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun komparasi, maka perlu
dikemukakan kerangka berfikir.
Seorang
peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi
dalam menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran
ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi obyek
permasalahan.
(Suriasumantri,
1986). Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan sesama
ilmuwan, adalah alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka
berfikir yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka
berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan.
Berdasarkan
teori-teori yang telah dideskripsikan tersebut,selanjutnya dianalisis secara
kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar
variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya
digunakan untuk merumuskan hipotesis
D. Hipotesis
Uma Sekaran (Dalam Sugiyono, 2008) mengatakan bahwa
Kerangka Berpikir adalah suatu model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah
yang penting.
Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah telah dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena
jawaban itu baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
semua penelitian harus mempunyai hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif
dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan
dapat menemukan hipotesis. Hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam statistik dikenal dua macam
hipotesis yaitu: hipotesis kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis
alternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Prosedur pengujiaan hipotesis
dalam penelitian biasanya disusun sebagai berikut:
- Uji terlebih dahulu hipotesis penelitian, terutama
hipotesis kerjanya.
- Bila penelitian itu akan membuktikan apakah hasil
pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan hipotesis
statistik.
- Teknik statistik yang digunakan untuk menguji
hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan
data populasi adalah statistik deskriptif.
- Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah
hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara
data sampel dan data populasi. Mengapa peneliti menguji hipotesis nol?
Karena peneliti berharap tidak ada
perbedaan antara sampel dan populasi atau antara statistik dan
parameter. Jika ada, diharapkan perbedaannya kecil. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi,
sementara statistik adalah
ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
Hipotesis yang diuraikan di atas adalah
hipotesis penelitian. Disamping itu
ada yang dinamakan hipotesis statistik.
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dalam proses penelitiannya bekerja dengan sampel. Jadi, jika
penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Contoh: Pada
penelitian yang dilakukan terhadap seluruh
populasi, maka muncul hipotesis penelitian tetapi tidak memiliki hipotesis
statistik.
Di depan telah diuraikan bahwa
hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang
didasarkan pada teori-teori yang relevan, hipotesis ini, yang akan diuji
dinamakan hipotesis kerja, sedangkan
hipotesis lawannya, yaitu hipotesis yang dirumuskan karena teori yang digunakan
masih diragukan kehandalannya, dinamakan hipotesis
nol (nihil).
Rumusan hipotesis yang baik hendaknya memenuhi
karakteristik sebagai berikut:
1)
Merupakan
dugaan terhadap variabel mandiri
(bebas), perbandingan keadaan variabel
pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variabel
atau lebih (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan).
2)
Dinyatakan
dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran dan
Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode ilmiah.
BAB III
Pembahasan
1.
Langkah-langkah Untuk Dapat Melakukan Pendeskripsian Teori
Semua
penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunkan harus sudah jelas,
karena teori disini akan berfunsi untuk memperjelas masalah yang teliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun
instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Dalam
kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunaka
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,atau konstruk variable
yang akan deteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk
menemukan fakta) adalah untuk merumuskan
Langkah-langkah
untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
- Tetapkan
nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya
- Cari
sumber-sumber bacaan yang banyak dan relevan dengan setiap variabel yang
diteliti.
- Lihat
daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang diteliti. Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian
lihat penelitian permasalahan yang digunakan, tempat penelitian, sampel
sumber data, teknik pengumpulan data, analisis dan saran yang diberikan.
- Cari
definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
kemudian bandingkan antara satu sumber dengan sumber lainnya dan dipilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
- Baca
seluruh isi topik buku sesuai dengan variabel yang akan diteliti lakukan
analisis renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi
setiap sumber data yang dibaca.
- Deskripsikan
teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan
dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang
digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.
2.
Konsep Kerangka Berpikir
Untuk
menggambarkan konsep kerangka berpikir ini, disampaikan gambar sebagai berikut:
(Gambar 3.1)
Keterangan :
- Menetapkan variabel yang diteliti.
Untuk
menentukan kelompok teori apa yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka
berpikir untuk pengajuan hipotesis, maka harus ditetapkan terlebih dulu
variabel penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama
setiap variabel, merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
- Membaca buku hasil penelitian
(HP).
Setelah
variabel ditentukan , maka langkah berikutnya adalah membaca buku – buku dan
hasil penelitian yang relevan. Buku – buku yang dibaca dapat berbentuk teks,
ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah: laporan
penelitian, journal ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi.
- Deskripsi teori dan hasil
penelitian (HP).
Dari
buku dan hasil penelitian yang dibaca akan dapat dikemukakan teori – teori yang berkenaan dengan variabel yang diteliti.
Deskripsi teori berisi tentang definisi
terhadap masing –masing variabel yang diteliti, uraian rinci tentang
ruang lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara variabel satu dengan yang
lain.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini
peneliti melakukan analisis secara kritis terhadap teori – teori dan hasil
penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji
apakah teori – teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu betul –
betul sesuai dengan obyek penelitian
atau tidak, karena sering terjadi teori – teori yang berasal dari luar tidak
sesuai dengan kondisi di dalam negeri.
- Analisis komparatif terhadap teori
dan hasil penelitian.
Analisis
komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori
yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui
analisis komparitif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori
yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas.
- Sintesa kesimpulan
Melalui
analisis kritis dan komparatif thdp teori-teori dan hasil penelitian yg relevan
dgn semua variabel yg diteliti, selanjutnya peneliti dapat melakukan sintesa
atau kesimpulan sementara. Perpaduan sintesa antara variabel satu dgn variabel
yang lain akan mengahasilkan kerangka berpikir yang selanjutnya dapat digunakan
untuk merumuskan hipotesis.
- Kerangka Berpikir
Setelah sintesa
atau kesimpulan sementara dapat dirumuskan maka selanjutnya dapat disusun
kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka
berpikir yang asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan. Kerangka
berpikir asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika begini maka akan begitu;
Jika guru kompeten, maka hasil belajar akan tinggi. Jika kepemimpinan kepala
sekolah baik, maka iklim kerja sekolah akan baik. Jika kebijakan pendidikan
dilaksanakan secara baik dan konsisten, maka kualitas SDM di Indonesia akan
meningkat pada gradasi yang tinggi.
- Hipotesis
Berdasarkan
kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun hipotesis. Bila kerangka
berpikir berbunyi ”jika guru kompeten,
maka hasil belajar akan tinggi”, maka hipotesisnya berbunyi ”ada hubungan yang positif dan signifikan
antara kompetensi guru dengan hasil belajar”. Bila kerangka berpikir
berbunyi karena lembaga pendidikan A menggunakan teknologi pembelajaran yang
tinggi, maka kualitas hasil belajar akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan
lembaga pendidikan B yang teknologi pembelajarannya rendah. Hipotesisnya akan
berbunyi: ”Terdapat perbedaan kualitas
hasil belajar yang signifikan antara lembaga pendidikan A dan B, atau hasil
belajar lembaga pendidikan A lebih tinggi bila dibandingkan dengan lembaga
pendidikan B”
Selanjutnya, Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2008)
menengarahi bahwa kerangka berpikir yang baik, memuat hal – hal sebagai
berikut:
- Variabel – variabel yang akan diteliti harus
dijelaskan.
- Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat
menunjukkan dan menjelaskan hubungan antar variabel yang diteliti, dan
teori yang mendasari.
- Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
apakah hubungan antar variabel itu positif atau negatip, berbentuk
simetris, kausal atau interaktif (timbal balik).
- Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu
dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak
lain dapat memahami kerangka berpikir yang dikemukakan.
3.
Contoh Hipotesis Penelitian
Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Penelitian kualitatif tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan
dapat menemukan hipotesis. Hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hipotesis yang
diuraikan di atas adalah hipotesis
penelitian. Disamping itu ada yang dinamakan hipotesis statistik. Hipotesis statistik adalah hipotesis yang
dalam proses penelitiannya bekerja dengan
sampel. Jadi, jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis statistik.
Contoh:
Pada penelitian
yang dilakukan terhadap seluruh populasi,
maka muncul hipotesis penelitian tetapi tidak memiliki hipotesis statistik.
Di depan telah
diuraikan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang didasarkan pada teori-teori yang relevan, hipotesis ini, yang
akan diuji dinamakan hipotesis kerja,
sedangkan hipotesis lawannya, yaitu hipotesis yang dirumuskan karena teori yang
digunakan masih diragukan kehandalannya, dinamakan hipotesis nol (nihil).
Perbedaan
antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistik lebih jelas dilukiskan
dalam gambar 3.2dan gambar 3.3
Contoh
Hipotesis Penelitian
1. Kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa program studi X di
Politeknik itu rendah (hipotesis
deskriptif untuk populasi, hipotesis ini sering tidak dirumuskan dalam
penelitian sosial).
2. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara
mahasiswa program studi X dan Y. (Hipotesis komparatif, untuk populasi).
3.
Ada hubungan
positif antara penghasilan orang tua mahasiswa, dengan fasilitas belajar yang
diberikan kepada mahasiswa tersebut. (Hipotesis asosiatif, untuk populasi).
Gambar 3.3 menjelaskan hubungan antara
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis statistik diperlukan
untuk membuktikan apakah hipotesis yang hanya diuji dengan data sampel itu
dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam pembuktian ini akan muncul
istilah signifikansi dari pengujian.
Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel itu
(baik deskriptif, komparatif, maupun asosiatif) dapat diberlakukan ke populasi.
4.
Contoh
hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik.
1.
Ada perbedaan yang signifikan antara
prestasi belajar rata-rata dalam sampel dan dalam populasi. Prestasi belajar
anak paling tinggi mendapat nilai 6,5 (hipotesis deskriptif, sering tidak
dirumuskan dalam penelitian).
2.
Terdapat
perbedaan yang signifikan antara semangat belajar anak dari keluarga petani dan
nelayan (hipotesis komparatif, petani dan nelayan adalah sampel).
3.
Ada hubungan yang positif dan
signifikan antara kerajinan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa pada
Politeknik A. (Hipotesis hubungan/asosiatif, data dari Politeknik diambil
dengan sampel).
Didepan sudah diuraikan bahwa hipotesis
penelitian dibedakan atas hipotesis kerja
dan hipotesis nol. Hipotesis kerja
dinyatakan dalam kalimat positif, dan hipotesis nol dinyatakan dalam kalimat
negatif.
Dalam statistik dikenal dua macam
hipotesis yaitu: hipotesis kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis
alternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Prosedur pengujiaan hipotesis
dalam penelitian biasanya disusun sebagai berikut:
b.
Uji terlebih dahulu hipotesis
penelitian, terutama hipotesis kerjanya.
c.
Bila penelitian itu akan membuktikan
apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan
hipotesis statistik.
d.
Teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja
dengan data populasi adalah statistik deskriptif.
e.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji
adalah hipotesis nol, yaitu hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan
antara data sampel dan data populasi. Mengapa peneliti menguji hipotesis nol?
Karena peneliti berharap tidak ada
perbedaan antara sampel dan populasi atau antara statistik dan parameter.
Jika ada, diharapkan perbedaannya kecil. Parameter
adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, sementara statistik adalah ukuran-ukuran yang
berkenaan dengan sampel.
Bentuk – bentuk hipotesis.
Bentuk
hipotesis penelitian terkait erat dengan rumusan masalah penelitian.
Berdasarkan tingkat eksplanasinya maka hubungan antara rumusan masalah
penelitian dengan bentuk hipotesisnya dapat ditunjukkan dalam tabel 2.1
berikut.
- Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis
deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, yaitu
yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1) Rumusan masalah deskriptif.
a) Berapa lama
daya tahan petugas keamanan Bank X berdiri per hari, dalam menyapa para nasabah
yang memasuki bank tersebut?
b) Seberapa besar
semangat belajar mahasiswa Politeknik Y?
2) Hipotesis Deskriptif.
Berdasarkan
hasil pengamatan beberapa waktu yang lalu terhadap daya tahan ”berdiri” seluruh
petugas keamanan Bank X (populasi), diperoleh hasil sebesar 6 jam/ hari.
Selanjutnya, hipotesis nol (Ho) akan berbunyi sebagai berikut:
”Daya tahan berdiri
petugas keamanan Bank X (sampel) sama dengan 6 jam/hari.” Ini berarti daya
tahan berdiri petugas keamanan Bank X yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan
yang ada pada populasi.
Rumusan hipotesis alternatif adalah sebagai berikut:
”Daya tahan berdiri
petugas keamanan Bank X ≠ 6 jam/ hari.” Tidak sama (≠) berarti mungkin lebih besar atau mungkin lebih kecil dari 6 jam/ hari.
3)
Hipotesis Statistik (hanya ada bila
berdasarkan data sampel).
Ho: µ = 6 jam/ hari.
Ha: µ ≠ 6 jam/ hari.
µ =
Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir
melalui sampel.
Untuk rumusan masalah 1) b) hipotesis nolnya (Ho) dapat
berbentuk demikian:
a) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y = 75 % dari kriteria ideal yang ditetapkan.
b) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y, paling sedikit 60 % dari kriteria ideal yang
ditetapkan ( ≥ ).
c) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y, paling banyak 60 % dari kriteria ideal yang
ditetapkan (≤) .
Lazimnya, hipotesis yang diajukan hanya satu, dan
hipotesis mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan
yang dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatif masing-masing adalah sebagai
berikut:
a) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y ≠ 75 %.
b) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y > 75 %.
c) Semangat
belajar mahasiswa Politeknik Y < 75 %.
Hipotesis statistik hanya ada jika berdasarkan data
sampel. Hipotesis ini dapat ditulis sebagai berikut:
a)
Ho: p = 75 %
Ha: p ≠ 75 %
b)
Ho: p ≥ 75 %
Ha: p < 75 %
c)
Ho: p ≤ 75 %
Ha: p > 75 %
p = hipotesis berbentuk prosentase.
Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga
hipotesis tersebut tidak sama. Cara pengujian hipotesis akan disajikan pada Bab
tersendiri, yaitu Bab tentang Analisa Data.
- Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama, tetapi populasi
atau sampelnya yang berbeda. Atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1)
Rumusan Masalah
Komparatif
Bagaimanakah prestasi belajar
mahasiswa Politeknik X bila dibandingkan
dengan
politeknik y
2)
Hipotesis
Komparatif
Berdasarkan rumusan masalah
komparatif tersebut dapat disampaikan tiga model hipotesis nol dan hipotesis
alternatif sebagai berikut:
Hipotesis Nol.
a)
Ho: Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar
antara mahasiswa Politeknik X
dan Politeknik Y. Atau
terdapat persamaan prestasi belajar antara mahasis-
wa Politeknik X dan Y.
b)
Ho: Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X
lebih besar atau sama dengan (≥)
Politeknik Y.
c)
Ho: Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X
lebih kecil atau sama dengan (≤)
Politeknik Y.
Hipotesis
Alternatif.
a)
Ha: Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X
lebih besar atau lebih kecil (≠) dari
Politeknik Y.
b)
Ha: Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X
lebih kecil dari pada (<) Politeknik
Y.
c)
Ha: Prestasi belajar mahasiswa Politeknik X
lebih besar dari pada (>) Politeknik
Y.
3)
Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:
a)
Ho: µ1 = µ2
Ha: µ1 ≠ µ2
b)
Ho: µ1 ≥ µ2
Ha: µ1 < µ2
c)
Ho: µ1 ≤ µ2
Ha: µ1 > µ2
µ1 =
rata – rata (populasi) produktivitas karyawan Politeknik X.
µ2 =
rata – rata (populasi) produktivitas karyawan Politeknik Y.
c.
Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis
asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1) Rumusan Masalah
Asosiatif.
Adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Direktur suatu perusahaan
dengan iklim kerja di perusahaan tersebut ?
2) Hipotesis
Penelitian.
Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan Direktur suatu
perusahaan dengan iklim kerja di perusahaan tersebut.
3) Hipotesis
Statistik.
Ho: p = 0. ................. = 0, berarti tidak
ada hubungan.
Ho: p ≠ 0. ................. ≠ 0, berarti lebih
besar atau kurang dari 0.
p = nilai korelasi
dalam formulasi yang dihipotesiskan.
5.
Paradigma Penelitian,
Rumusan Masalah , dan Hipotesis
Pada bab 02 telah diuraikan tentang
paradigma penelitian. Berdasarkan paradigma penelitian ini peneliti dapat:
merumuskan masalah, dilanjutkan dengan hipotesis penelitian. Kemudian, rumusan
masalah dan hipotesis penelitian ini dapat menjadi panduan dalam pengumpulan
data dan analisis.
Pada setiap paradigma penelitian
minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif.
Uraian berikut ini adalah contoh: Judul Penelitian, Paradigma, Rumusan Masalah,
dan Hipotesis Penelitian.
a. Judul Penelitian.
Hubungan gaya
kepemimpinan Direktur dengan prestasi belajar mahasiswa Politeknik A. {Gaya
kepemimpinan adalah variabel bebas atau
independent (x), sedangkan, prestasi belajar adalah variabel terikat atau
dependent (y)}.
b. Paradigma Penelitian
a. Rumusan Masalah
1) Seberapa baik
gaya kepemimpinan Direktur Politeknik A (Bagaimana X ?).
2) Seberapa baik
prestasi belajar mahasiswa Politeknik A ? (Bagaimana Y ?).
3) Adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan Direktur dengan prestasi
belajar mahasiswa Politeknik A ? (Adakah hubungan antara X dengan Y ?).
4) Bila sampel
penelitiannya adalah para Dosen dan karyawan, maka rumusan masalah komparatif
adalah sebagai berikut:
Ø Adakah perbedaan persepsi antara para
dosen, dan karyawan tentang gaya kepemimpinan Direktur Politeknik A?
Ø Adakah perbedaan persepsi antara para
dosen, dan karyawan tentang prestasi belajar mahasiswa Politeknik A ?
b. Rumusan Hipotesis Penelitian
1) Gaya
kepemimpinan Direktur (X) Politeknik A ditampilkan kurang baik, dan nilainya paling tinggi 60 % dari kriteria yang
diharapkan.
2) Prestasi
belajar (Y) mahasiswa Politeknik A kurang memuaskan, dan nilainya paling tinggi
65.
3) Terdapat
hubungan yang positip dan signifikan antara gaya kepemimpinan Direktur dengan
prestasi belajar mahasiswa Politeknik A. Artinya, makin baik gaya kepemimpinan
Direktur, maka makin baik prestasi belajar mahasiswa.
4) Rumusan
hipotesis komparatif adalah:
Ø Terdapat
perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan Direktur antara para dosen dan karyawan Politeknik A.
Ø Terdapat
perbedaan persepsi tentang prestasi belajar mahasiswa antara para dosen dan
karyawan Politeknik A.
Untuk dapat diuji dengan statistik,
maka data yang diperoleh harus diangkakan. Untuk itu, maka diperlukan instrumen
yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul di atas, ada dua instrumen yang
digunakan yaitu:
o Instrumen gaya
kepemimpinan, dan
o Instrumen prestasi
belajar mahasiswa.
Judul penelitian yang berisi dua atau
lebih variabel bebas (independent), rumusan penelitiannya akan lebih banyak,
begitu juga rumusan hipotesisnya (lihat bagian paradigma penelitian dan bab
Analisis Data).
BAB. IV
PENUTUP
Salah satu unsur terpenting dalam penelitian yang memiliki
peran sangat besar dalam penelitian adalah teori. Teori adalah alur logika atau
penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang
disusun secara sistematis. Teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control)
suatu gejala.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi
teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup,
atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah untuk
merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya
hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Selanjutnya fungsi teori yang ketiga digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan
saran dan upaya pemecahan masalah. Dalam landasan teori perlu dikemukakan
deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan
hipotesis dan instrumen penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono Prof. Dr., metode
penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kulaitatif dan R & D, Bandung
: Cv. Alfa Beta, 2010





Tidak ada komentar:
Posting Komentar