Selasa, 04 Desember 2018

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SOSIAL YANG DIHADAPI DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRIMAGAMA MADIUN


PROBLEMATIKA PENDIDIKAN SOSIAL YANG DIHADAPI DI LEMBAGA PENDIDIKAN PRIMAGAMA MADIUN


OLEH :
SUGIONO RUSLAN
NIM : 16612010


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematic , yaitu ketidak tentuan. Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa ; pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus sebagaimana di kemukakan oleh Ali Saifullah,  bahwa pendidikan ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan , baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif ( daya pengetahuan), affektif ( aspek sikap) maupun psikomotorik ( aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh  seorang individu.
            Adapun yang dimaksud dengan problematika pendidikan adalah, persoalan-persoalan atau permasalahan-permasalahan yang di hadapi oleh dunia pendidikan. Persoalan-persoalan pendidikan tersebut menurut Burlian Somad secara garis besar meliputi hal sebagai berikut : Adanya ketidak jelasan tujuan pendidikan, ketidak serasian kurikulum, ketiadaan tenaga pendidik yang tepat dan cakap, adanya pengukuran yang salah ukur serta terjadi kekaburan terhadap landasan tingkat-tingkat pendidikan.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Apa makna data-data tentang rendahnya kualitas pendidikan Indonesia ityu? Maknanya adalah, jelas ada something wrong (masalah) dalam sistem pendidikan Indonesia. Ditinjau secara perspektif ideologis (prinsip) dan perspektif teknis (praktis), berbagai masalah itu dapat dikategorikan dalam 2 (dua) masalah yaitu :
Pertama, masalah mendasar, yaitu kekeliruan paradigma pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaran sistem pendidikan.
Kedua, masalah-masalah cabang, yaitu berbagai problem yang berkaitan aspek praktis/teknis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan, seperti mahalnya biaya pendidikan, Mutu Pendidikan dan mutu pendidik, rendahnya prestasi siswa, rendahnya sarana fisik, rendahnya kesejahteraaan guru, dan sebagainya.
Walhasil, jika pendidikan kita diumpamakan mobil, mobil itu berada di jalan yang salah yang sampai kapan pun tidak akan pernah menghantarkan kita ke tempat tujuan (masalah mendasar/paradigma). Di samping salah jalan, mobil itu mengalami kerusakan dan gangguan teknis di sana-sini : bannya kempes, mesinnya bobrok, AC-nya mati, lampu mati, dan jendelanya rusak (masalah cabang/praktis).
Pendidikan Ilmu Sosial  mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan
sering kali berubah-ubah. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.
Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam makalah yang berjudul “Problematika Pendidikan Sosial Yang Dihadapi Di Lembaga Pendidikan Primagama Madiun”
Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud problematika pendidikan IPS?
2.    Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Primagama Madiun?
3.    Apa saja masalah pokok pendidikan IPS di Primagama Madiun?
4.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pendidikan IPS di Primagama Madiun ?
5.    Bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasinya?
Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui problematika pendidikan IPS.
2.    Untuk mengetahui ciri-ciri pendidikan di Primagama Madiun?
3.    Untuk mengetahui macam-macam masalah pokok pendidikan IPS di Primagama Madiun.
4.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan IPS di Primagama Madiun.
5.    Untuk mengetahui solusi dari masalah-masalah pendidikan IPS di Primagama Madiun.
Manfaat Penulisan
1.    Bagi Lembaga Pendidikan Primagama (baik Frenchesor maupun Frenchese)
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
2.    Bagi Instruktur
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3.    Bagi Siswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.








BAB II
PEMBAHASAN


Pemetakan masalah pendidikan maka perlu diperhatikan realitas pendidikan itu sendiri yaitu pendidikan sebagai sebuah subsistem yang sekaligus juga merupakan suatu sistem yang kompleks. Gambaran pendidikan sebagai sebuah subsistem adalah kenyataan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang berjalan dengan dipengaruhi oleh berbagai aspek eksternal yang saling terkait satu sama lain. Aspek politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan-keamanan, bahkan ideologi sangat erat pengaruhnya terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan, begitupun sebaliknya. Sedangkan pendidikan sebagai suatu sistem yang kompleks menunjukan bahwa pendidikan di dalamnya terdiri dari berbagai perangkat yang saling mempengaruhi secara internal, sehingga dalam rangkaian input-proses-output pendidikan, berbagai perangkat yang mempengaruhinya tersebut perlu mendapatkan jaminan kualitas yang layak oleh berbagai stakeholder yang terkait.

Permasalahan Pendidikan IPS Di Indonesia.
Ilmu Pengetahuan Sosial atau socialstudies merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan  masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif  sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.
Soemantri (Sapriya:2008:9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Mulyono Tj. (1980:8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner (inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya, psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.
Saidiharjo (1996:4)  menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah,sosiologi,politik
Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.
Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
Pendidikan IPS memiliki peranan besar dalam membangun suatu negara. Pendidikan IPS yang berkualitas tentu akan menghasilkan generasi penerus yang berbobot untuk pengembangan negara. Dan setiap individu wajib terlibat dalam pendidikan, khususya pembelajaran IPS yang dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan.
Perbaikan mutu pendidikan tentu saja akan terus berlangsung demi sebuah pencapaian yang diinginkan. Dan untuk menunjang perbaikan tersebut, pendidikan menuntut hadirnya seorang guru yang memiliki kriteria tinggi demi menaikkan kualitas peserta didik. Guru berperan penting selama proses pendidikan. Guru harus bisa membangun sebuah kolaborasi dengan siswa agar terjadi interaksi yang pada akhirnya akan menimbulkan suasana belajar yang kondusif.
Namun nyatanya, salah satu permasalahan mengapa pendidikan IPS begitu sulit untuk diintegrasikan, salah satunya terletak dari peran guru itu sendiri. Dalam penyajian materi, guru lebih banyak berceramah panjang lebar sehingga pendidikan IPS dianggap kurang menarik oleh siswa. Adanya pengkotak-kotakan terhadap jenis mata pelajaran seperti geografi, sejarah, sosiologi, ekonomi membuat siswa terasa terbebani dengan seluruh mata pelajaran yang dipisah-pisahkan tersebut. Dan dengan sistem kurikulum yang terus berubah sehingga berdampak pada bobot dari pendidikan IPS itu sendiri. Belum lagi jika guru tidak memahami dengan jelas isi dari materi yang akan disampaikan. Karena Salah satu komponen pendukung bagi keberhasilan peningkatan mutu pendidikan IPS adalah Kompetensi Pedagogik dan profesionalisme guru merupakan kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.
Berlangsungnya sistem ekonomi kapitalis di tengah-tengah kehidupan telah membentuk paradigma pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan sebagai bentuk pelayanan negara kepada rakyatnya yang harus disertai dengan adanya sejumlah pengorbanan ekonomis (biaya) oleh rakyat kepada negara. Pendidikan dijadikan sebagai jasa komoditas, yang dapat diakses oleh masyarakat (para pemilik modal) yang memiliki dana dalam jumlah besar saja.
Hal ini dapat dilihat dalam UU Sisdiknas No.20/2003 Pasal 53 tentang Badan Hukum Pendidikan bahwa (1) Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan. (2) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. (3) Badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Sedangkan dalam pasal 54 disebutkan pula (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.
Berdasarkan pasal-pasal di atas, terlihat bahwa tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan nasional saat ini akan dialihkan dari negara kepada masyarakat dengan mekanisme BHP (lihat RUU BHP dan PP tentang SNP No.19/2005) yaitu adanya mekasnisme Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada tingkat SD-SMA dan Otonomi Pendidikan pada tingkat Perguruan Tinggi. Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ), Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.
Kenyataan yang menunjukan bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan jasa komoditas adalah data dari Balitbang Depdiknas 2003 yang menyebutkan bahwa porsi biaya pendidikan yang ditanggung orang tua/siswa berkisar antara 63,35%-87,75% dari biaya pendidikan total. Sedangkan menurut riset Indonesia Corruption Watch (ICW) pada 2006 di 10 Kabupaten/Kota se-Indonesia ternyata orang tua/siswa pada level SD masih menanggung beban biaya pendidikan Rp 1,5 Juta, yang terdiri atas biaya langsung dan tak langsung. Selain itu, beban biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat (selain orang tua/ siswa) hanya berkisar antara 12,22%-36,65% dari biaya pendidikan total (Koran Tempo, 07/03/2007). Menurut laporan dari bank dunia tahun 2004, Indonesia hanya menyediakan 62,8% dari keperluan dana penyelenggaraan pendidikan nasionalnya padahal pada saat yang sama pemerintah India telah dapat menanggung pembiayaan pendidikan 89%. Bahkan jika dibandingkan dengan negara yang lebih terbelakang seperti Srilanka, persentase anggaran yang disediakan oleh pemerintah Indonesia masih merupakan yang terendah. (www.worldbank.com).
Dalam kehidupan sosial yang berlandasakan sekulerisme telah menyuburkan paradigma hedonisme (hura-hura), permisivisme (serba boleh), materialistik (money oriented), dan lainnya di dalam kehidupan masyarakat. Motif untuk menyelenggarakan dan mengenyam pendidikan baik oleh pemerintah maupun masyarakat saat ini lebih kepada tujuan untuk mendapatkan hasil-hasil materi ataupun keterampilan hidup belaka (yang tidak dikaitkan dengan tujuan membentuk kepribadian (shaksiyah) yang utuh berdasarkan pandangan syari’at islam). Hal ini dapat dilihat dalam UU Sisdiknas No.20/2003 pasal 3 yang menunjukan paradigma pendidikan nasional, dalam bab VI menjelaskan tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang membedakan antara pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Selain itu dapat pula dilihat dalam regulasi derivatnya seperti PP tentang SNP No.19/2005, RUU Wajib Belajar dan RUU BHP.
Dalam paradigma materialistikpun indikator keberhasilan belajar siswa setelah menempuh proses pendidikan dari suatu jenjang pendidikan saat ini adalah dengan perlakuan yang sama secara nasional pemerintah mengukurnya berdasarkan perolehan angka Ujian Nasional (UN) yang dahulu disebut sebagai Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS), indikator itupun hanya pada tiga mata pelajaran saja (Matematika/Ekonomi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) yang ketiganya tersebut berbasis pada aspek kognitif (pengetahuan). Pemerintah (Mendiknas) menilai bahwa UN sangat tepat untuk dijadikan sebagai alat ukur standar pendidikan, dan hasil UN sangat riil untuk dijadikan alat meningkatkan mutu pendidikan (Senin 12/2/07. www.indonesia.go.id). Di sisi lain, aspek pembentukan kepribadian (shaksiyah) yang utuh dalam diri siswa, tidak pernah menjadi indikator keberhasilan siswa dalam menempuh suatu proses pendidikan, sekalipun dalam sekolah yang berbasis agama (lihat standar kompetensi dan kelulusan siswa dalam PP No.19/2005).
Fenomena di kalangan remaja (pelajar) misalkan pergaulan bebas yang di antara akibatnya menjerumuskan para pelajar pada seks bebas, terlibat narkotika, perilaku sarkasme/kekerasan (tawuran, perpeloncoan), dan berbagai tindakan kriminal lainnya (pencurian, pemerkosaan, pembunuhan) yang sering kita dapatkan beritanya dalam tayangan berita kriminal di media massa (TV dan koran khususnya), merupakan sebuah keadaan yang menunjukan tidak relevannya sistem pendidikan yang selama ini diselenggarakan dengan upaya membentuk manusia indonesia yang berkepribadian dan berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam tujuan pendidikan nasional sendiri (Psl.2 UU No.20/2003), karena realitas justru memperlihatkan kontradiksinya. Siswa sebagai bagian dari masyarakat mendapatkan pendidikan di sekolah dalam rangka mempersiapkan mereka agar dapat lebih baik ketika menjalani kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Namun karena kehidupan di tengah-tengah masyarakat secara umum berlangsung dengan sekuler, ditambah lagi dengan proses pendidikan dalam satuan pendidikan dalam kerangka sekulerisme juga, maka siklus ini akan semakin mengokohkan kehidupan sekulerisme yang makin meluas.
Kehidupan politik yang oportunistik telah membentuk karakter politikus machiavelis (melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan) di kalangan eksekutif dan legislatif termasuk dalam perumusan kebijakan pendidikan indonesia. Perumusan Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP) yang sudah berlangsung sejak 2004 dinilai oleh pengamat ekonomi Tim Indonesia Bangkit (TIB) Revrisond Bashwir sebagai agenda kapitalisme global yang telah dirancang sejak lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi sektor pendidikan. Semua satuan pendidikan (sekolah) kelak akan menjadi badan hukum pendidikan (BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.
Selain itu dalam beberapa kebijakan operasional sisdiknas yang dikeluarkan pemerintah ternyata kadangkala didukung pula oleh dana yang jumlahnya tidak sedikit, meskipun dalam implementasinya banyak masyarakat yang menilai sering terjadi salah sasaran bahkan penyimpangan. Sebagai contoh kebijakan Mendiknas, Bambang Sudibyo yang tetap melaksanakan UN pada tahun ajaran 2005/2006 ternyata berkaitan dengan dana yang tersedia untuk program tersebut sangat besar, padahal berbagai aliansi masyarakat telah mengajukan penolakan. Diantaranya, Koalisi Pendidikan yang terdiri dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), The Center for the Betterment Indonesia (CBE), Kelompok Kajian Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Forum Guru Honorer Indonesia (FGHI), Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota Tanggerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta), Jakarta Teachers and Education Club (JTEC), dan Indonesia Corruption Watch (ICW), berdasarkan kajian terhadap UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, Koalisi Pendidikan menemukan beberapa kesenjangan (www.tokohindonesia.com).
Demikianlah uraian problematika pendidikan IPS yang ditinjau dari eksistensinya sebagai suatu sub-sistem (sistem cabang) ternyata erat kaitannya dengan pengaruh dari sub-sistem yang lain (ekonomi, politik, sosial-budaya, ideologi, dsb). Sistem pendidikan nasional juga merupakan bagian dari penyelenggaraan sistem kehidupan di Indonesia saat ini.
Ciri-ciri Pendidikan di Primagama
Cara melaksanakan pendidikan di Primagama sudah tentu tidak terlepas dari tujuan pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia. Aspek keTuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan mata pelajaran di melalui tema-tema pembelajaran
Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para siswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah, menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.
Sudah 34 tahun lebih Lembaga Pendidikan Primagama menjadi Bimbingan Belajar (Bimbel) pelajar Indonesia. Selama itu pula Primagama telah berhasil mencetak generasi muda yang breprestasi dan sukses masuk ke perguruan tinggi favorit.
Usia yang makin matang, membuat bimbel Primagama memiliki banyak pengalaman didunia pendidikan karena telah merasakan berbagai model kurikulum pendidikan di Indonesia dan tipe-tipe peserta didik bimbel. Mulai dari era 80-an, 90-an, 2000-an hingga era digital saat ini yang maju pesat, Primagama pun turut hadir dengan sistem pengajaran yang modern dan berorientasi pada prestasi.
Tak mudah menjadi Smart Generation, dibutuhkan usaha dan ketekunan dalam belajar. Ketika seorang siswa mengalami kesulitan belajar atau menerima materi di sekolah, maka Lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel) seperti Primagama dapat menjadi salah satu solusi nyata.  Hal ini dikarenakan bimbel hadir untuk membantu siswa agar mencapai perkembangan secara optimal sesuai bakat, kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki. Sebuah bimbel dapat dikatakan sukses tentunya jika berhasil membantu para peserta didiknya berprestasi dan melanjutkan ke sekolah favorit yang dicita-citakan.
Lembaga Pendidikan Primagama telah membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan yang sukses melahirkan Smart Generation. Dengan sistem pengajaran Primagama SIAP (SISTEM, INSTRUKTUR, AKADEMIK, dan PELAYANAN), Primagama menjadi tempat belajar favorit dengan proses belajar yang mempermudah para siswa dalam memahami materi-materi pelajaran.
Berikut beberapa alasan bagi pelajar untuk memilih bimbel Primagama.
1.    Sistem
Primagama mempunyai sistem pelayanan pendidikan termodern dan terunggul. Seperti pengujian kemajuan siswa yang dilaksanakan dalam bentuk PBT (Paper Based Test) juga dalam format CBT (Computer Based Test).
Primagama juga memiliki SmartConsys dan Smart Book. SmartConsys merupakan sistem computerize yang disusun dari beberapa elemen sistem konsultasi siswa terpadu yang tersedia dalam paket Layanan Siswa Primagama. Sementara Smart Book disusun sesuai dengan kurikulum pemerintah dengan sajian dan latihan soal-soal yang mudah dipahami oleh para siswa.
2.    Instruktur
Primagama mempunyai Instruktur Smart yang handal, menguasai materi pelajaran dan mampu menyampaikan materi dengan gaya yang menyenangkan dan mudah diterima para peserta didiknya.
3.    Akademik
Dengan pengalaman dan bukti prestasi, Primagama mempunyai Program akademik yang berkualitas. Mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Tak ketinggalan program sukses ujian masuk perguruan tinggi.
4.    Pelayanan
Primagama adalah bimbingan belajar yang selalu memberikan pelayanan prima agar para siswa dan siswi Primagama mencapai hasil yang optimal, termasuk dalam hal mewujudkan impiannya menuju perguruan tinggi favorit.
5.    Smart Solution
Primagama menerapkan metode belajar yang memudahkan siswa dalam memahami pelajaran dan mempercepat penyelesaian soal-soal. Yang paling populer adalah Magasing dan Fisitaru. Magasing untuk belajar matematika dengan gampang, asyik, dan menyenangkan. Sementara Fisitaru untuk belajar menyelesaikan soal-soal fisika tanpa menggunakan rumus-rumus yang rumit.
Tak hanya fokus pada metode belajar dan penyelesaian soal-soal, Bimbingan Belajar Primagama juga memberikan konsultasi intensif kepada para pelajar untuk memilih perguruan tinggi. Primagama termasuk Lembaga Pendidikan yang konsen terhadap gaya belajar para pelajar. Kita ketahui bersama bahwa setiap pelajar memiliki cara belajar masing-masing dan cenderung berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, seorang pengajar harus pandai-pandai dalam menyampaikan setiap materi pelajaran supaya mampu diserap anak didiknya.
Di Primagama, setiap pengajar dituntut untuk bisa mengadaptasi gaya belajar dari setiap pelajar agar menjadi metode yang netral dan dapat diserap oleh setiap pelajar. Hal ini menjadi penting, mengingat dalam setiap kelas terdiri dari sekumpulan pelajar (individu) yang berbeda-beda.
Berikut 3 gaya belajar yang umum dimiliki para pelajar, berikut penjelasan masing-masing.
1.    Pelajar Visual
Sangat erat kaitannya dengan gambaran visual seperti informasi tertulis, catatan, diagram, dan gambar. Pelajar jenis ini cenderung memilih duduk di depan kelas untuk menghindari gangguan visual, untuk bisa memandang pengajar dengan jelas ketika pelajar berbicara sehingga bisa melihat bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
Pelajar visual seringkali memilih untuk membuat catatan detil untuk menyerap informasi. Mereka paling baik belajar dengan menulis poin-poin penting, dan membuat gambaran tentang apa yang sedang mereka pelajari. Mereka mengikuti instruksi tertulis lebih baik daripada instruksi lisan.
2.    Pelajar Auditer
Sangat erat kaitannya dengan kuliah verbal, diskusi, dan dengan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Informasi tertulis mungkin hanya sedikit membantu sampai informasi itu diungkapkan dengan kata-kata atau dibaca dengan keras.
Pelajar auditer senang berpartisipasi dalam diskusi dan debat kelas, demikian juga mendiskusikan masalah secara verbal. Mereka lebih suka mendengarkan kuliah daripada membaca buku pelajaran. Mereka pandai menyusun pidato dan presentasi.
3.    Pelajar Kinestetik/ Taktil
Belajar dengan cara menggerakkan, melakukan, dan meraba. Pelajar kinestetik paling baik belajar melalui pendekatan dengan sentuhan. Mereka mungkin dianggap hiperaktif, berulang kali istirahat, dan mungkin bingung dengan kebutuhan mereka akan aktivitas dan eksplorasi.
Dalam pembelajaran, mereka membaca materi sepintas lalu untuk mengetahui isi pokok materi sebelum duduk untuk membacanya secara seksama. Mereka senang melakukan pekerjaan dengan tangan mereka.
Lalu, apa yang membuat Lembaga Pendidikan Primagama bisa beradaptasi dengan gaya belajar para pelajar. Singkatnya karena Primagama memiliki metode belajar yang dikenal Smart Solution, sebuah metode belajar yang memudahkan pelajar dalam memahami pelajaran dan mempercepat penyelesaian soal-soal. Adapun arti kata "SMART" dari Primagama adalah:
SIMPLE : Membuat belajar & penyelesaian soal-soal yang dirasa sulit menjadi mudah diselesaikan.
MIND : Menyelesaikan soal-soal dengan menggunakan rumus-rumus yang mudah diingat.
APPLICABLE : Dapat & dengan mudah rumus-rumus tersebut diterapkan untuk penyelesaian soal.
RATIONAL : Penyelesaian soal-soal dengan masuk akal dan tetap sesuai dengan konsep dasar.
TRICK : Cara penyelesaian yang cepat dan mudah sekaligus cerdas.


Permasalahan Pendidikan IPS di Primagama Madiun
Instruktur nama lain sebutan untuk pendidik di Primagama tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, instruktur saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi instruktur. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji instruktur. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Primagama akan hancur.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Primagama, terutama bagi cabang-cabang Primagama di daerah luar pulau Jawa. Namun, bagi cabang di daerah tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
Siswa di sekolah sebagai makhluk sosial dan indidu pasti memiliki masalah, dengan taraf masalah antara siswa satu dengan yang lain pastilah berbeda. Tohirin (2007: 111) mengungkapkan bahwa siswa di sekolah  akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan dengan:
1.      Perkembangan Individu
2.      Perbedaan Individu
3.      Kebutuhan Individu
4.      Penyesuaian diri dan kelaian tingkah laku
5.      Masalah belajar
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk siswa sebagai berikut:
1.     Masalah atau kasus yang berhubungan problematika individu dengan Tuhannya.
2.      Masalah individu dengan dirinya sendiri
3.      Individu dengan lingkungan keluarga
4.      Individu dengan lingkungan kerja
5.      Individu dengan lingkungan sosialnya
Beberapa contoh masalah-masalah Pendidikan di Primagama diantaranya :
1.      Prestasi belajar rendah atau di bawah rata-rata atau merosotGambaran lebih rinci:
a.       Nilai rapor menurun atau rendah
b.      Mendapat peringkat di bawah rata-rata untuk beberapa mata pelajaran
Kemungkinan disebabkan:
a.       Tingkat kecerdasan di bawah rata-rata
b.      Malas belajar
c.       Kekurangan minat, perhatian, atau sarana belajar
d.     Suasana sosio-emosional sekolah kurang memungkinkan siswa untuk belajar dengan baik.
Kemungkinan berakibat:
a.       Minat belajar semakin berkurang
b.      Tidak naik kelas
c.       Dikeluarkan dari sekolah
d.      Frustasi yang mendalam
e.       Tidak mampu melanjutkan pelajaran
f.       Kesulitan mencari kerja
2.      Kurang berminat pada bidang studi tertentu
Gambaran lebih rinci:
a.     Tidak dapat memusatkan perhatian belajar (mata pelajaran tertentu)
b.     Berusaha tidak mengikuti mata pelajaran yang bersangkutan dengan bidang studi tersebut;
c.     Tidak mengerjakan tugas-tugas dalam mata pelajaran tersebut.
Kemungkinan disebabkan:
a.       Tidak memiliki bakat dalam bidang tersebut
b.      Lingkungan tidak menyokong untuk pengembangan bidang tersebut
c.       Proses belajar mengajar untuk bidang tersebut tidak menyenangkan
d.      Dengan guru kurang menyenangkan
Kemungkinan dapat berakibat:
a.       Pindah jurusan
b.      Terjadi ketidaksesuaian antara keinginan orang tua dan pilihan siswa
c.       Kegiatan belajar untuk bidang-bidang studi lain menjadi terganggu
3.    Bentrok dengan guru
Gambaran lebih rinci:
a.       Tidak mengikuti pelajaran dengan guru yang bersangkutan
b.      Tidak mau bertemu dengan guru tersebut
c.       Jika bertemu tidak mau menegur guru tersebut
Kemungkinan disebabkan oleh:
a.      Tidak menyukai bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut
b.    Siswa berbuat kesalahan dan ketika ditegur oleh guru tersebut siswa tidak mau menerima teguran itu
Kemungkinan dapat mengakibatkan :
a.       Memperoleh nilai “mati” dari guru yang bersangkutan
b.      Hubungan dan kegiatan belajar dengan guru-guru lain menjadi terganggu
c.       Tidak naik kelas
4.      Melanggar tata tertib
Gambaran lebih rinci:
a.       Sejumlah tata tertib sekolah tidak dipatuhi
b.      Pelanggaran tersebut kelihatannya bukan tanpa disengaja
c.       Pelanggaran tersebut dilakukan berkali-kali
Kemungkinan disebabkan oleh:
a.     Tidak begitu memahami kegunaan masing-masing aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya
b.    Siswa yang bersangkutan terbiasa hidup terlalu bebas, baik di rumah maupun di masyarakat
Kemungkinan dapat berakibat:
a.       Tingkah laku siswa makin tidak terkendali
b.      Terjadi kerenggangan hubungan antara guru dan murid
c.       Suasana sekolah dirasakan kurang menyenangkan bagi siswa
5.      Membolos
Gambaran lebih rinci:
a.       Berhari-hari tidak masuk sekolah
b.      Tidak masuk sekolah tanpa izin
c.       Sering keluar pada jam pelajaran tertentu
d.      Tidak masuk kembali setelah minta izin
Kemungkinan disebabkan oleh:
a.       Tak senang dengan sikap dan perilaku guru
b.      Merasa dibeda-bedakan oleh guru
c.       Proses belajar-mengajar membosankan
d.      Merasa gagal dalam belajar
e.       Kurang berminat terhadap mata pelajaran
Kemungkinan dapat berakibat:
a.       Minat terhadap pelajaran akan semakin kurang
b.      Gagal dalam ujian
c.       Hasil belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki
d.      Tidak naik kelas
6.      Terlambat masuk
Gambaran lebih rinci:
a.       Memakai waktu istirahat melebihi waktu yang ditentukan
b.     Sengaja melambat-lambatkan diri masuk kelas meskipun tahu jam pelajaran sudah mulai
Kemungkinan sebab:
a.       Jarak antara sekolah dan rumah jauh
b.      Kesulitan kendaraan
c.       Terlalu banyak kegiatan di rumah, membantu orang tua
d.      Terlambat bangun
e.       Tidak menyiapkan pekerjaan rumah (PR)
f.       Kurang mempunyai persiapan untuk kegiatan di kelas
g.      Terlalu asyik dengan kegiatan di luar sekolah
Kemungkinan akibat:
a.       Nilai rendah
b.      Tidak naik kelas
c.       Hubungan dengan guru terganggu
d.      Hubungan dengan kawan sekelas terganggu
e.       Kegiatan di luar sekolah tidak terkendali
7.      Pendiam
Gambaran lebih rinci:
a.       Kurang mau berbicara atau bertegur sapa;
b.      Kurang akrab terhadap teman atau guru;
Kemungkinan sebab:
a.       Berwatak introvert
b.      Kurang sehat
c.       Mengalami gangguan dengan organ bicara
d.      Malu atau takut kepada orang lain
e.       Merasa tidak perlu atau tidak ada gunanya berbicara
Kemungkinan akibat:
a.       Tidak disukai kawan dan pergaulan terganggu;
b.      Kurang mampu mengembangkan penalaran melalui komunikasi lisan.
8.      Kesulitan alat pelajaran
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Tidak memiliki buku-buku untuk berbagai mata pelajaran;
b.      Tidak cukup memiliki buku dan alat-alat tulis;
c.       Tidak mampu membeli alat-alat pelajaran, seperti alat-alat untuk praktek berbagai mata pelajaran.
Kemungkinan sebab:
a.       Orang tua tidak mampu
b.      Pemboros
c.      Tidak mengetahui tersedianya dan cara memanfaatkan sumber belajar yang ada (misalnya perpustakaan);
Kemungkinan akibat:
a.       Tertinggal dalam pelajaran;
b.      Tugas-tugas tidak selesai;
c.       Nilai rendah;
d.      Semangat belajar menurun.
9.      Bertengkar atau berkelahi
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering salah paham dengan kawan;
b.      Sombong;
c.       Memperolokkan, mengejek dan menantang orang lain;
Kemungkinan sebab:
a.       Pengendalian diri kurang
b.      Merasa jagoan
c.       Hiperaktif
Kemungkinan akibat:
a.       Tidak disukai kawan dan guru
b.      Luka
c.       Melalaikan pelajaran
d.      Nilai rendah
10.  Sukar menyesuaikan diri
Gambaran yang lebih rinci:
a.       Sering terjadi salah paham dengan kawan
b.      Sombong atau tinggi hati
Kemungkinan sebab:
a.       Mau menang sendiri
b.      Memiliki standar yang berbeda dengan standar yang ada;
Kemungkinan akibat:
a.      Sosialitas kurang berkembang sehingga kurang mendapat keuntungan dari pergaulannya dengan orang lain;
b.     Tidak dapat mengambil manfaat dari lingkungan demi pengembangan dirinya

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya Permasalahan Pendidikan di Primagama
1.    Sistem
Primagama mempunyai sistem pelayanan pendidikan termodern dan terunggul. Seperti pengujian kemajuan siswa yang dilaksanakan dalam bentuk PBT (Paper Based Test) juga dalam format CBT (Computer Based Test).Primagama juga memiliki SmartConsys dan Smart Book. SmartConsys merupakan sistem computerize yang disusun dari beberapa elemen sistem konsultasi siswa terpadu yang tersedia dalam paket Layanan Siswa Primagama. Sementara Smart Book disusun sesuai dengan kurikulum pemerintah dengan sajian dan latihan soal-soal yang mudah dipahami oleh para siswa.
2.    Instruktur
Primagama mempunyai Instruktur Smart yang handal, menguasai materi pelajaran dan mampu menyampaikan materi dengan gaya yang menyenangkan dan mudah diterima para peserta didiknya.
3.    Akademik
Dengan pengalaman dan bukti prestasi, Primagama mempunyai Program akademik yang berkualitas. Mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas. Tak ketinggalan program sukses ujian masuk perguruan tinggi.
4.    Pelayanan
Primagama adalah bimbingan belajar yang selalu memberikan pelayanan prima agar para siswa dan siswi Primagama mencapai hasil yang optimal, termasuk dalam hal mewujudkan impiannya menuju perguruan tinggi favorit.
5.    Smart Solution
Primagama menerapkan metode belajar yang memudahkan siswa dalam memahami pelajaran dan mempercepat penyelesaian soal-soal. Yang paling populer adalah Magasing dan Fisitaru. Magasing untuk belajar matematika dengan gampang, asyik, dan menyenangkan. Sementara Fisitaru untuk belajar menyelesaikan soal-soal fisika tanpa menggunakan rumus-rumus yang rumit.
6.    Smart Consys
Tak hanya fokus pada metode belajar dan penyelesaian soal-soal, Bimbingan Belajar Primagama juga memberikan konsultasi intensif kepada para pelajar untuk memilih perguruan tinggi. 
Saat ini lulusan SMA/SMK dihadapkan pada beberapa pilihan, diantara nya yang paling menjanjikan adalah melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Hal tersebut tidak terlepas dari kualitas sumber daya manusia, pengajar, lulusan, serta jaringan lulusan PTN yang sangat luas dan tersebar di berbagai macam instansi pemerintah, swasta dan badan lainnya. Kondisi tersebut membuat masyarakat sangat tertarik untuk menjatuhkan pilihan kepada PTN. Namun tantangan SNMPTN dan SBMPTN sangat nyata, sejumlah 1.363.051 siswa harus bertarung memperebutkan 306.693 bangku di PTN. Maka dari itu perlu strategi jitu untuk bisa menembus PTN impian.
Bertarung hanya menggunakan logika dan perhitungan sederhana bukan merupakan pilihan yang tepat. Masyarakat harus mempunyai metode yang jelas, jitu dan tepat sasaran. Bimbingan Belajar Primagama memberikan layanan yang bisa digunakan untuk memprediksi dan memberikan simulasi masuk Perguruan Tinggi Negeri tersebut melalui SMART CONSYS Primagama. Algoritma atau langkah-langkah yang dipakai sama dengan pemroses data yang asli. Tujuan penggunaan SMART CONSYS Primagama adalah supaya siswa siswi yang berminat ke PTN bisa men-simulasikan data primernya untuk diolah. Jika pada hasilnya terdapat ketidaksesuaian antara keinginan dan modal dasar yang dimiliki siswa tersebut, maka akan bisa segera dicari solusinya. Bimbingan Belajar Primagama sudah berpengalaman dalam hal tersebut, mengantar anak didik bimbel nya masuk ke PTN favorit dan impian mereka.
SMART CONSYS Primagama memuat informasi mengenai data sekolah, rekam jejak sekolah, data alumni, indeks kewilayahan, data per program studi di PTN, dan semua aspek yang berhubungan dengan data primer dan sekunder yang diolah oleh pemroses utama SNMPTN dan SBMPTN. Sehingga data primer siswa bisa diolah secara simulatif sesuai situasi nyata yang dihadapi dalam masuk ke PTN.
Untuk mendapatkan konsultasi SMART CONSYS Primagama tersebut, siswa-siswi bisa mendaftarkan langsung untuk bimbingan belajar di Primagama terdekat. Layanan ini akan sangat membantu mereka dalam menggapai mimpi nya masuk ke PTN. Hal ini dibuktikan dengan lulusan bimbel Primagama yang masuk ke PTN meningkat 24% dari tahun sebelumnya.

Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah Pendidikan di Primagama
Dapat dilakukan pendekatan-pendekatan sebagai berikut :
1.      Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis adalah upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Bimbingan bertujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu.
2.       Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial adalah upaya bimbinngan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Tujuan bimbingan adalah untuk memperbaiki kesulitan-kesulitan yang dialami individu.
3.      Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif adalah upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi masalah-masalah umum individu dan mencoba jangan sampai terjadi masalah tersebut pada individu.
4.      Pendekatan Perkembangan
Teknik yang digunakan dalam bimbingan dan konseling perkembangan adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.
Strategi Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). Pada awalnya, strategi berarti kegiatan memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya di lapangan. Menurut Nurihsan (2007) mengemukakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi, konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial, bimbingan klasikal, dan strategi terintegrasi.
1.    Konseling Individu
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara guru BK dan siswa. Konseling bertujuan membantu siswa untuk mengadakan interpretsai fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi baik sekarang maupun mendatang.
Menurut Nurihsan (2007: 11) teknik yang digunakan dalam konseling individual yaitu: a) Menghampiri siswa; b) empati; c) refleksi; d) eksplorasi; e) menangkap pesan utama; f) bertanya untuk membuka percakapan; g) bertanya tertutup; h) dorongan minimal; i) interpretasi; j) mengarahkan; k) menyimpulkan sementara; l) memimpin; m) memfokus; n) konfrontasi; o) menjernihkan; p) memudahkan; q) diam; r) mengambil inisiatif; s) memberi nasihat; t) memberi informasi; u) merencanakan; dan v) menyimpulkan.
Secara umum Nurihsan (2007) membagi proses konseling individual ke dalam tiga tahapan yaitu: a) tahap awal konseling, b) tahap pertengahan konseling, dan c) tahap akhir konseling.
2.    Konsultasi
Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika ditangani secara tidak langsung oleh konsutan. Konsultasi dalam pengertian umum dipandang sebagai nasihat dari seseorang yang professional. Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan guru BK lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas siswa atau sekolah.
3.     Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam layanan bimbingan dan konseling adalah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa.
4.    Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada siswa dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada siswa dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
5.    Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif jika dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada siswa tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya.
6.    Bimbingan Klasikal
Menurut Sudrajat, bimbingan klasikal termasuk ke dalam strategi untuk layanan dasar bimbingan. Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang, menuntut guru BK untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, guru BK memberikan layanan bimbingan kepada para siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar