Selasa, 04 Desember 2018

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS DAN KONSEP SOLUSI DI MTS AL FATAH TEMBORO KARAS MAGETAN


PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS
 DAN KONSEP SOLUSI
DI MTS AL FATAH TEMBORO KARAS MAGETAN
Disusun Oleh
Husain Abdur Rahman








BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah atau teka-teki. problem/prob·lem/ /problém/ n masalah; persoalan (KBBI) Juga berarti problematik, yaitu ketidaktentuan.
Solusi adalah penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar (KBBI). Arti solusi adalah proses pembelajaran di mana kita berusaha untuk memperbaiki diri dari praktek yang kita lakukan sehari-hari. definisi solusi adalah cara pemecahan / penyelesaian masalah tanpa tekanan. Seperti saat kita melakukan dengan metode ilmiah, kita merumuskan masalah dan membuat hipotesis, kesimpulan itu adalah solusinya, tanpa tekanan artinya kita menuruti kaidah kaidah yang ada dan bukan dari argumen kita sendiri, sebab sekalipun argumen kita dipaksakan kalau yang terjadi tidak sesuai argumen kita tetap akan terjadi seperti yang tidak diargumenkan oleh kita tersebut. Setiap kelompok dalam satu organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya, memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik. Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba, antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran (  Abdul Majid : 2012 : 119 )
Pendidikan, seperti sifatnya sasaranya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks (Umar Tirtarahardja : 2008 : 33). Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap pendidikan. (Umar Tirtarahardja : 2008 : 37). Tentang pendidikan banyak definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa, pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek ketrampilan) yang dimiliki oleh  seorang individu.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan  masyarakat. di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif  sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4). Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.
Kosasi Djahiri (Yaba : 2006 : 5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Nursid Sumaatmadja (Supriatna : 2008 : 1) mengemukakan bahwa "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Sedangkan menurut Leonard (Kasim : 2008 : 4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.
 Penulis adalah guru baru di MTs Al Fatah Temboro Karas Magetan yang mengampu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas VII - L, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelas VIII I, J, K, L dan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada kelas VIII M, N, O, P, Q terhitung mulai bulan september 2016. Penulis mengampu sampai tiga jenis mata pelajaran berbeda dikarenakan mengantikan jam-jam yang guru sebelumnya berhalangan pada waktu-waktu tersebut.
MTs Al Fatah Temboro Karas Magetan adalah sekolah formal tingkat menengah di bawah yayasan pendidikan Al Fatah Pondok Pesantren Al Fatah. Pondok Pesantren Al Fatah sendiri sudah terkenal di mana-mana sehingga wajar jika Siswanya dari warga desa sendiri kemudian dari berbagai daerah di Indonesia hingga penjuru negara. Laporan Perkembangan Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Tahun 2016 (https://cahtemboro.blogspot.co.id)
No
Keterangan
Jumlah
1.       
santri mukim di Ponpes Al Fatah Temboro
10.450 santri.
2.       
santri yang tidak mukim di pondok
1.935 santri
3.       
santri cabang Ponpes Al Fatah Temboro
6.409 santri
Jumlah Total Santri Al Fatah Temboro tahun 2016
19.604 santri
4.       
ustadz di Ponpes Al Fatah Temboro
810 ustadz
Jumlah Ustadz dan Santri Ponpes Al Fatah Temboro
13.195 orang







Jumlah Total Santri Al Fatah Temboro tahun 2015 yang lalu: 15.370 santri (dalam satu tahun ada peningkatan 4.234 santri). Dari 19.604 santri tersebut ada 646 santri dari luar negeri. dengan rincian:
No
Negara Asal
Jumlah
1.       
Malaysia
357 santri
2.       
Philipina
54 santri
3.       
Thailand         
138 santri
4.       
Kamboja
53 santri
5.       
Singapura       
37 santri
6.       
Yaman            
3 santri
7.       
Brunei Darussalam
2 santri
8.       
Vietnam         
9 santri
9.       
Mesir  
5 santri
10.   
Syiria  
8 santri
11.   
Yordania        
7 santri
Total
646 santri

Pondok Pesantren Al Fatah Temboro memiliki 65 cabang, yang 60 cabang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, sedangkan 5 cabang berada di luar negeri.
Pada tahun ajaran 2016/2017 MTs Al Fatah kelas VII terdiri dari 17 kelas (abjad A-Q), kelas VIII terdiri dari 17 kelas (A-Q) dan kelas IX terdiri dari 14 kelas. Setiap kelas terdiri dari 21-35 siswa (A-N). Karena dalam perjalannya ada siswa yang keluar sekolah (boyong) hingga pindah ke kelas lain dengan alasan beragam Siswa yang banyak merupakan sebuah potensi hal ini membuktikan bahwa minat siswa untuk nenuntut ilmu di sini begitu besar. Tertepas dari hal tersebut sekolah dengan jumlah peminat banyak belum tentu bebas dari namanya masalah.
Tugas probematika ini bersifat tertutup, hanya untuk tugas mata kuliah problematika pembelajaran IPS yang diampu oleh Bapak Dr. H. Moh. Rifai, M. Pd. I, sehingga mohon tidak disebarluaskan tanpa izin penulis karena dikhawatirkan memunculkan hal-hal yang tidak diinginkan baik bagi penulis maupun lembaga.


B.            Rumusan Masalah
1.      Bagimana problem eksternal dan solusi yang berasal dari luar siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?
2.      Bagaimana problem internal dan solusi yang berasal dari siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?
C.           Tujuan
1.        Mengetahui problem eksternal dan solusi yang berasal dari luar siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?
2.        Mengetahui problem internal dan solusi yang berasal dari siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?







BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini penulis membagi menjadi problem eksternal yang berasal dari luar siswa dan problem internal yang berasal dari siswa.
A.  Problem Eksternal
Problem ini merupakan problem umum di madrasah yang sudah dimaklumi oleh para guru-guru di madrasah, tetapi penulis fokuskan pada pembelajaran IPS berikut merupakan problemnya
1.      Kelas adalah sebuah kamar
Hal tersebut dilakukan karena terbatasnya ruang dan gedung mengingat jumlah siswa sangat banyak sehingga jika waktu sekolah berlangsung sebuah kamar disulap menjadi kelas dengan menata dan merapikan alas tidur dan kasur. Kekurangannya jika ada penghuni kamar yang sakit mereka beristirahat/tidur di dalam kelas tersebut sehingga memunculkan beberapa spekulasi seperti pemandangan menjadi kurang enak, takut berbicara kelas karena khawatir mengganggu orang yang sakit tersebut, kalau ada orang tidur di kelas membuat siswa ikut tertular rasa ingin tidur juga. untuk pembangunan gedung memang sudah ada tetapi tetap saja masih sangat kurang
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Menerima apa yang ada dengan melakukan mengkondisian siswa untuk tenang, untuk yang sakit di kamar tersebut adalah sakit ringan yang perlu untuk istirahat sedang yang sakit berat sudah ditempatkan di klinik
Ø  Solusi yang akan datang
Menunggu kebijakan baru dari Madsarah dan yayasan yang saat ini masih terus melakukan pembangunan gedung baru.





Gambar 1
Saat pembelajaran, di belakang di kelas VII-I terdapat anak-anak kelas MA penghuni kamar yang tidur


2.      Tidak terdapat Di dalam kelas sudah terdapat fasilitas  meja dan kursi siswa
Normalnya dalam sebuah kelas terdapat meja dan kursi untuk guru dan siswa, papan tulis, lambang negara, foto presiden dan wakil presiden, bendera merah putih. Berbeda dengan hal diatas di kelas ini hanya terdapat papan tulis dan meja kursi guru dan tidak ada kursi dan meja siswa. Menurut penulis keberadaan kursi dan meja itu penting minimal agar siswa terlihat duduk tertib, dengan tidak adanya fasilitas tersebut membuat anak suka berlarian dikelas, berkelahi, dsb
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Aturan dari MTs setiap siswa diwajibkan membawa rehal (meja lipat) sehingga di awal pelajaran, menghimbau para siswa untuk duduk dengan rapi.
Ø  Solusi yang akan datang
Melanjutkan solusi yang sudah dilakukan dengan menfokuskan memberi pengarahan dan mencari varasi duduk yang baru









Gambar 2
Fasilitas di dalam kelas ada meja guru dan papan tulis






Gambar 3
Salah satu variasi duduk dalam berkelompok

3.      Tidak terdapat media elektronik dan media nonelektorik
Dalam pembelajaran IPS tidak terdapat media elektronik seperti LCD, sound dsb hal tersebut membuat pembelajaran kurang maksimal mengingat materi IPS penuh dengan gambar-gambar
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Guru mencari gambar yang diinginkan kemudian dicetak walaupun kekurangannya ukuran gambar kecil, untuk vidio dinyalakan di laptop
Ø  Solusi yang akan datang
Mencari berbagai media-media yang unik yang membuat siswa senang dan tertarik pada pembelajaran, kalau terus menunggu LCD dan media dari MTs membuat guru tidak berfikir kreatif dan mandiri.





Gambar 4
Salah satu media pembelajaran yang digunakan
4.      Kompleks sekolah yang luas sehingga jarak antar kelas cukup memakan waktu
Lingkungan di sini sangat luas, gedung-gedung menjulang tinggi dan megah sehingga ada jarak dari gedung ke gedung memakan waktu saat perpindahan guru.
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
segera datang ke kelas memang sedikit terlambat tetapi para siswa sudah memaklumi
Ø  Solusi yang akan datang
Menemui waka kurikulum untuk jadwal yang akan datang untuk didekatkan dengan tempat mengajar sebelumnya, untuk saat ini mendapat kelas dengan jarak jauh dikarenakan mengganti guru sebelumya sering kosong.
5.      Tidak terdapat laboratorium IPS
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali (Anonim : 2007). Sementara menurut Emha (2002), laboratorium diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang ilmu lain.
Laboratorum merupakan penunjang yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya, hal tersebut diperlukan agar media pembelajaran tersebut lebih aman tidak dikhawatirkan rusak, berbeda jika benda-benda tersebut ada di kelas bisa digunakan oleh siswa untuk hal hal yang tidak semestinya.
Dalam laboratorium IPS berisi tentang perangkat atau media pembelajaran untuk IPS yang bagi menjadi geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi dsb. Dengan adanya laboratorium pembelajaran tampak lebih nyata ketimbang di kelas.
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Pembelajaran tetap dilakukan di kelas, guru mencari gambar sendiri seperti gambar tokoh-tokoh, peta, struktur tanah dsb kemudian di cetak.
Ø  Solusi yang akan datang
Tidak ada, dikarenakan madrasah sedang memfokuskan pembangunan gedung baru untuk kamar dan kelas





Gambar 5
Gambar adalah salah satu media yang berpengaruh
6.      Waktu pembelajaran terpotong
Ada banyak hal yang membuat pembelajaran terpotong seperti
Aturan madrasah yang memberikan porsi 2 x 45 menit dalam sepekan untuk pembelajaran IPS
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Dalam aturan madrasah yaitu tetap masuk di tanggal merah meskipun libur PHBI, hari nasional, dan meniadakan libur semester
Ø  Solusi yang akan datang
Tidak ada



B.       Problem Internal
Problem yang secara umum berasal dari siswa sendiri
1.      Siswa mengantuk
Mengantuk memang ditemui dimanapun dan menjadi siswa sekaligus seorang santri merupakan nilai plus pada seorang anak. Wajar jika siswa merasa mengantuk di kelas, ini menjadi alasan siswa untuk tidak mau mendapat materi pembelajaran. Padahal sudah ada aturan untuk tidur/istirahat pada jam 10 – jam sholat dhuhur, juga sudah ada petugas keliling untuk memberi sangsi bagi yang tidak tidur tetapi tetap saja ada yang main-main, berkelahi dsb. Jadi sudah bukan alasan untuk mengantuk
Ø   Solusi yang sudah dilakukan
a.              Memberi waktu untuk memejamkan mata sebentar selagi guru menyiapkan media.
b.             Membuat media yang menarik dan bervariasi si setiap pertemuan sehingga siswa bisa mengikuti alur pembelajaran.
c.              Secara berkala guru juga membuat games ringan di kelas kadang kala memberi reward agar siswa senang.



Ø   Solusi yang akan datang
Melanjutkan dari solusi yang sudah dilakukan tetapi lebih difokuskan pada membuat media yang menarik dan bervariasi si setiap pertemuan sehingga siswa bisa mengikuti alur pembelajaran
2.      Siswa lebih suka mendapat cerita dari pada mendapat materi
Berada pada titip bosan adalah hal manusiawi, bosan karena mendapat materi terus menurus, bosan karena cara pebelajaran dsb.
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Mengunakan sumber belajar dan media yang jarang digunakan sehingga siswa tertarik
Ø  Solusi yang akan datang
Menyempurnakan solusi yang sudah dilakukan





Gambar  6
Memanfaatkan koran sebagai sumber dan media pembejaran
3.      Materi umum kurang diprioritaskan
Para siswa cenderung mengabaikan pelajaran umum dan menganggap hal duniawi dan tidak ada hubungannya dengan akhirat. Jika ditanya cita-cita jawabnya tidak ada yang ingin jadi pemimpin daerah rata-rata ingin menjadi tokoh agama.
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
a.       tetap menyampaikan materi dan terus memberi pengarahan walaupun tetap saja beberapa siswa teguh pada pendiriannya,
b.      memberikan selembar kertas kecil untuk ditulikan kesan pembelajaran semester sebelumnya dan harapan kedepannya.
Ø  Solusi yang akan datang
Melanjutkan solusi yang sudah dilakukan













Gambar 7
Kertas-kertas berisi penilaian semester lalu dan harapan semester depan
4.      Gampang terpancing untuk berkelahi
Siswa di madrasah ini terdiri dari berbagai suku dari berbagai daerah di Indonesia, karena perbedaan budaya dan kebiasaan inilah berkelahi sudah menjadi hal lumrah.
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Hal ini sulit dihindarkan meningkat diusianya anak sangat aktif, terus dilakukan pengarahan
Ø  Solusi yang akan datang
Terus dilakukan pengarahan, Salah satu contoh pengarahan, dengan memberi info bahwa saudara-saudara kita di luar sana terkena bencana





Gambar 8
Siswa membawa tulisan “Pray For Aceh” sebagai bentuk kepedulian
5.      Siswa tidak tertib dalam seragam dan datang terlambat
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Menanyain siswa dan memberi pengarahan langsung, tidak memberi sangsi karena sudah ada petugas keliling (keamanan) yang menindak siswa telat dan tidak memakai seragam.
Ø  Solusi yang akan datang
Melanjutkan solusi yang pertama dengan menfokuskan pada pengarahan
Gambar 9
Telihat ada siswa yang tidak memakai seragam
dan tidak membawa meja kecil/rehal
6.      Tidak membawa LKS dan Buku tulis
Kadang kala siswa tidak membawa LKS dan buku tulis dengan alasan yang sudah familiar seperti hilang, ketinggalan,
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Untuk yang ketinggalan pertama dimaafkan untuk yang kedua langsung di beri sangsi di tempat, sedangkan yang hilang untuk pertemuan yang akan datang wajib membawa LKS fotocopyan
Ø  Solusi yang akan datang
Tetap menindak tegas karena masalah seperti ini ditemui di setiap kelas

7.      Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep merupakan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan pada bidang yang bersangkutan (Suparno, 2005). Novak (dalam Suparno, 2005) menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah disebut dengan miskonsepsi. Brown (dalam Suparno, 2005) memandang miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah. Hal ini ternyata tidak kita duga sebelumnya
Ø  Solusi yang sudah dilakukan
Mereview pembelajaran yang telah diajarkan dan memastikan anak tidak salah konsep.
Ø  Solusi yang akan datang
Melanjutkan solusi yang sudah dilakukan
8.      Daya tangkap
Daya tangkap setiap anak dalam menerima pembelajaran berbeda-beda ada yang cepat dan agak lambat. Di sekolah ini tidak ada kelas khusus yang cepat dan lambat.


Ø    Solusi yang sudah dilakukan
Memastikan semua siswa paham dengan menanyakan secara acak dan jika ada yang belum paham mengulang dari materi yang belum paham
Ø    Solusi yang akan datang
Lebih mengunakan media-media yang pembuat siswa lebih cepat faham
















BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kesimpulan dapat di rangkum dalam sebuah flow chart seperti berikut :
Setiap problem mempunyai solusi sendiri dalam mengatasinya tetapi masih ada berberapa problem yang belum terselesaikan atau solusi kurang maksimal, harapan kedepanya menjadi lebih baik lagi baik problem eksternal maupun internal.












DAFTAR PUSTAKA
Umar Tirtarahardja. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 2008.
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. Rosda.  Bandung. 2012
Daftar siswa kelas VII MTs Al Fatah. Kantor Tata Usaha MTs AL Fatah Temboro.
Dokumentasi pribadi penulis
KBBI Online (http://kbbi.web.id/) diakses pada januari 2017
Data Santri dan Ustad . https://cahtemboro.blogspot.co.id diakses pada  januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar