PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS
DAN KONSEP SOLUSI
DI MTS AL FATAH TEMBORO KARAS
MAGETAN
Disusun
Oleh
Husain
Abdur Rahman
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Problematika
adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem” artinya, soal, masalah
atau teka-teki. problem/prob·lem/ /problém/ n
masalah; persoalan (KBBI) Juga berarti problematik, yaitu ketidaktentuan.
Solusi
adalah penyelesaian; pemecahan (masalah dsb); jalan keluar (KBBI). Arti
solusi adalah proses pembelajaran di mana kita berusaha untuk
memperbaiki diri dari praktek yang kita lakukan sehari-hari. definisi solusi
adalah cara pemecahan / penyelesaian masalah tanpa tekanan. Seperti saat kita
melakukan dengan metode ilmiah, kita merumuskan masalah dan membuat hipotesis,
kesimpulan itu adalah solusinya, tanpa tekanan artinya kita menuruti kaidah
kaidah yang ada dan bukan dari argumen kita sendiri, sebab sekalipun argumen
kita dipaksakan kalau yang terjadi tidak sesuai argumen kita tetap akan terjadi
seperti yang tidak diargumenkan oleh kita tersebut. Setiap kelompok dalam satu
organisasi, dimana didalamnya terjadi interaksi antara satu dengan lainnya,
memiliki kecenderungan timbulnya konflik. Dalam institusi layanan kesehatan
terjadi kelompok interaksi, baik antara kelompok staf dengan staf, staf dengan
pasen, staf dengan keluarga dan pengunjung, staf dengan dokter, maupun dengan
lainnya yang mana situasi tersebut seringkali dapat memicu terjadinya konflik.
Konflik sangat erat kaitannya dengan perasaan manusia, termasuk perasaan
diabaikan, disepelekan, tidak dihargai, ditinggalkan, dan juga perasaan jengkel
karena kelebihan beban kerja. Perasaan-perasaan tersebut sewaktu-waktu dapat
memicu timbulnya kemarahan. Keadaan tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam
melaksanakan kegiatannya secara langsung, dan dapat menurunkan produktivitas
kerja organisasi secara tidak langsung dengan melakukan banyak kesalahan yang
disengaja maupun tidak disengaja. Dalam suatu organisasi, kecenderungan
terjadinya konflik, dapat disebabkan oleh suatu perubahan secara tiba-tiba,
antara lain: kemajuan teknologi baru, persaingan ketat, perbedaan kebudayaan
dan sistem nilai, serta berbagai macam kepribadian individu. Tindakan
pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang
mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran ( Abdul Majid : 2012 : 119 )
Pendidikan, seperti sifatnya sasaranya
yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks (Umar
Tirtarahardja : 2008 : 33). Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang
nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena
itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap
kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap
pendidikan. (Umar Tirtarahardja : 2008 : 37). Tentang pendidikan banyak
definisi yang berbagai macam, namun secara umum ada yang mendefinisikan bahwa,
pendidikan adalah suatu hasil peradaban sebuah bangsa yang dikembangkan atas
dasar suatu pandangan hidup bangsa itu sendiri, sebagai suatu pengalaman yang
memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang
menyebabkan mereka berkembang. Definisi pendidikan secara lebih khusus ialah
suatu proses pertumbuhan di dalam mana seorang individu di bantu mengembangkan
daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya. Sehingga dapat di
simpulkan disini bahwa pendidikan adalah, suatu usaha sadar dalam rangka
menanamkan daya-daya kemampuan, baik yang berhubungan dengan pengalaman
kognitif (daya pengetahuan), afektif (aspek sikap) maupun psikomotorik (aspek
ketrampilan) yang dimiliki oleh seorang individu.
Ilmu
Pengetahuan Sosial merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan masyarakat. di
Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial disesuaikan dengan berbagai
prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang
masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu
lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang
luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di
masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat
menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat
manusia.
Ilmu
Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan
penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi,
antropologi, dan ekonomi. Puskur (Kasim, 2008:4). Geografi, sejarah, dan
antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi.
Pembelajaran geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
dengan wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan kebulatan wawasan
berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai priode. Antropologi meliputi
studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur
sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan
spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu
ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas
yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu
tentang prilaku seperti konsep peran kelompok, institusi, proses interaksi dan
kontrol sosial.
Kosasi
Djahiri (Yaba : 2006 : 5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu
pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan
ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan
didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Nursid
Sumaatmadja (Supriatna : 2008 : 1) mengemukakan bahwa "Secara mendasar
pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala
tingkah laku dan kebutuhannya”. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan
usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan
kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada dipermukaan bumi, mengatur
kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain sebagainya yang mengatur serta
mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.
Sedangkan
menurut Leonard (Kasim : 2008 : 4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan
interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai
dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun
warga, desa / kelurahan, kecamatan, kabupaten, profinsi, Negara dan dunia.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu sosial
ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah
sosial.
Penulis
adalah guru baru di MTs Al Fatah Temboro Karas Magetan yang mengampu mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada kelas VII - L, mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) pada kelas VIII I, J, K, L dan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) pada kelas VIII M, N, O, P, Q terhitung mulai bulan
september 2016. Penulis mengampu sampai tiga jenis mata pelajaran berbeda
dikarenakan mengantikan jam-jam yang guru sebelumnya berhalangan pada
waktu-waktu tersebut.
MTs Al Fatah Temboro Karas Magetan adalah sekolah
formal tingkat menengah di bawah yayasan pendidikan Al Fatah Pondok Pesantren
Al Fatah. Pondok Pesantren Al Fatah sendiri sudah terkenal di mana-mana
sehingga wajar jika Siswanya dari warga desa sendiri kemudian dari berbagai
daerah di Indonesia hingga penjuru negara. Laporan Perkembangan Pondok
Pesantren Al Fatah Temboro Tahun 2016 (https://cahtemboro.blogspot.co.id)
|
No
|
Keterangan
|
Jumlah
|
|
1.
|
santri mukim di Ponpes Al Fatah
Temboro
|
10.450
santri.
|
|
2.
|
santri yang tidak mukim di pondok
|
1.935
santri
|
|
3.
|
santri cabang Ponpes Al Fatah
Temboro
|
6.409
santri
|
|
Jumlah Total Santri Al Fatah
Temboro tahun 2016
|
19.604 santri
|
|
|
4.
|
ustadz di Ponpes Al Fatah Temboro
|
810
ustadz
|
|
Jumlah Ustadz dan Santri Ponpes
Al Fatah Temboro
|
13.195 orang
|
|
Jumlah Total Santri Al Fatah Temboro
tahun 2015 yang lalu: 15.370 santri (dalam satu tahun ada peningkatan 4.234
santri). Dari 19.604 santri tersebut ada 646 santri dari luar negeri. dengan
rincian:
|
No
|
Negara Asal
|
Jumlah
|
|
1.
|
Malaysia
|
357
santri
|
|
2.
|
Philipina
|
54
santri
|
|
3.
|
Thailand
|
138
santri
|
|
4.
|
Kamboja
|
53
santri
|
|
5.
|
Singapura
|
37
santri
|
|
6.
|
Yaman
|
3
santri
|
|
7.
|
Brunei
Darussalam
|
2
santri
|
|
8.
|
Vietnam
|
9
santri
|
|
9.
|
Mesir
|
5
santri
|
|
10.
|
Syiria
|
8
santri
|
|
11.
|
Yordania
|
7
santri
|
|
Total
|
646
santri
|
|
Pondok
Pesantren Al Fatah Temboro memiliki 65 cabang, yang 60 cabang tersebar di
seluruh penjuru Indonesia, sedangkan 5 cabang berada di luar negeri.
Pada tahun ajaran 2016/2017 MTs Al Fatah kelas VII
terdiri dari 17 kelas (abjad A-Q), kelas VIII terdiri dari 17 kelas (A-Q) dan
kelas IX terdiri dari 14 kelas. Setiap kelas terdiri dari 21-35 siswa (A-N).
Karena dalam perjalannya ada siswa yang keluar sekolah (boyong) hingga pindah
ke kelas lain dengan alasan beragam Siswa yang banyak merupakan sebuah potensi
hal ini membuktikan bahwa minat siswa untuk nenuntut ilmu di sini begitu besar.
Tertepas dari hal tersebut sekolah dengan jumlah peminat banyak belum tentu
bebas dari namanya masalah.
Tugas probematika ini bersifat tertutup, hanya untuk
tugas mata kuliah problematika pembelajaran IPS yang diampu oleh Bapak Dr. H. Moh. Rifai, M. Pd. I, sehingga mohon tidak disebarluaskan tanpa izin
penulis karena dikhawatirkan memunculkan hal-hal yang tidak diinginkan baik
bagi penulis maupun lembaga.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagimana
problem eksternal dan solusi yang berasal dari luar siswa di MTs Al Fatah
Temboro Magetan ?
2. Bagaimana
problem internal dan solusi yang berasal dari siswa di MTs Al Fatah Temboro
Magetan ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui problem eksternal dan solusi
yang berasal dari luar siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?
2.
Mengetahui problem internal dan solusi
yang berasal dari siswa di MTs Al Fatah Temboro Magetan ?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini penulis membagi menjadi
problem eksternal yang berasal dari luar siswa dan problem internal yang
berasal dari siswa.
A. Problem Eksternal
Problem ini merupakan problem umum di madrasah yang
sudah dimaklumi oleh para guru-guru di madrasah, tetapi penulis fokuskan pada
pembelajaran IPS berikut merupakan problemnya
1. Kelas
adalah sebuah kamar
Hal tersebut dilakukan karena terbatasnya ruang dan
gedung mengingat jumlah siswa sangat banyak sehingga jika waktu sekolah
berlangsung sebuah kamar disulap menjadi kelas dengan menata dan merapikan alas
tidur dan kasur. Kekurangannya jika ada penghuni kamar yang sakit mereka
beristirahat/tidur di dalam kelas tersebut sehingga memunculkan beberapa
spekulasi seperti pemandangan menjadi kurang enak, takut berbicara kelas karena
khawatir mengganggu orang yang sakit tersebut, kalau ada orang tidur di kelas
membuat siswa ikut tertular rasa ingin tidur juga. untuk pembangunan gedung
memang sudah ada tetapi tetap saja masih sangat kurang
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Menerima
apa yang ada dengan melakukan mengkondisian siswa untuk tenang, untuk yang
sakit di kamar tersebut adalah sakit ringan yang perlu untuk istirahat sedang
yang sakit berat sudah ditempatkan di klinik
Ø Solusi
yang akan datang
Menunggu
kebijakan baru dari Madsarah dan yayasan yang saat ini masih terus melakukan
pembangunan gedung baru.

Gambar 1
Saat
pembelajaran, di belakang di kelas VII-I terdapat anak-anak kelas MA penghuni
kamar yang tidur
2. Tidak
terdapat Di dalam kelas sudah terdapat fasilitas meja dan kursi siswa
Normalnya dalam sebuah kelas terdapat meja dan kursi
untuk guru dan siswa, papan tulis, lambang negara, foto presiden dan wakil
presiden, bendera merah putih. Berbeda dengan hal diatas di kelas ini hanya
terdapat papan tulis dan meja kursi guru dan tidak ada kursi dan meja siswa.
Menurut penulis keberadaan kursi dan meja itu penting minimal agar siswa
terlihat duduk tertib, dengan tidak adanya fasilitas tersebut membuat anak suka
berlarian dikelas, berkelahi, dsb
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Aturan
dari MTs setiap siswa diwajibkan membawa rehal (meja lipat) sehingga di awal
pelajaran, menghimbau para siswa untuk duduk dengan rapi.
Ø Solusi
yang akan datang
Melanjutkan
solusi yang sudah dilakukan dengan menfokuskan memberi pengarahan dan mencari
varasi duduk yang baru

Gambar 2
Fasilitas di dalam kelas ada meja guru dan papan
tulis

Gambar 3
Salah satu variasi duduk dalam berkelompok
3. Tidak
terdapat media elektronik dan media nonelektorik
Dalam pembelajaran IPS tidak terdapat media
elektronik seperti LCD, sound dsb hal tersebut membuat pembelajaran kurang
maksimal mengingat materi IPS penuh dengan gambar-gambar
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Guru
mencari gambar yang diinginkan kemudian dicetak walaupun kekurangannya ukuran
gambar kecil, untuk vidio dinyalakan di laptop
Ø Solusi
yang akan datang
Mencari
berbagai media-media yang unik yang membuat siswa senang dan tertarik pada
pembelajaran, kalau terus menunggu LCD dan media dari MTs membuat guru tidak
berfikir kreatif dan mandiri.
Gambar 4
Salah satu media
pembelajaran yang digunakan
4. Kompleks
sekolah yang luas sehingga jarak antar kelas cukup memakan waktu
Lingkungan di sini sangat luas, gedung-gedung
menjulang tinggi dan megah sehingga ada jarak dari gedung ke gedung memakan
waktu saat perpindahan guru.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
segera
datang ke kelas memang sedikit terlambat tetapi para siswa sudah memaklumi
Ø Solusi
yang akan datang
Menemui
waka kurikulum untuk jadwal yang akan datang untuk didekatkan dengan tempat
mengajar sebelumnya, untuk saat ini mendapat kelas dengan jarak jauh
dikarenakan mengganti guru sebelumya sering kosong.
5. Tidak
terdapat laboratorium IPS
Laboratorium (disingkat lab) adalah tempat riset
ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium
biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut
secara terkendali (Anonim : 2007). Sementara menurut Emha (2002), laboratorium
diartikan sebagai suatu tempat untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, dan
sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan biologi atau bidang
ilmu lain.
Laboratorum merupakan penunjang yang ada di
sekolah-sekolah pada umumnya, hal tersebut diperlukan agar media pembelajaran
tersebut lebih aman tidak dikhawatirkan rusak, berbeda jika benda-benda
tersebut ada di kelas bisa digunakan oleh siswa untuk hal hal yang tidak
semestinya.
Dalam laboratorium IPS berisi tentang perangkat atau
media pembelajaran untuk IPS yang bagi menjadi geografi, sejarah, ekonomi,
sosiologi dsb. Dengan adanya laboratorium pembelajaran tampak lebih nyata
ketimbang di kelas.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Pembelajaran
tetap dilakukan di kelas, guru mencari gambar sendiri seperti gambar
tokoh-tokoh, peta, struktur tanah dsb kemudian di cetak.
Ø Solusi
yang akan datang
Tidak
ada, dikarenakan madrasah sedang memfokuskan pembangunan gedung baru untuk
kamar dan kelas

Gambar 5
Gambar adalah
salah satu media yang berpengaruh
6. Waktu
pembelajaran terpotong
Ada banyak hal yang membuat pembelajaran terpotong
seperti
Aturan
madrasah yang memberikan porsi 2 x 45 menit dalam sepekan untuk pembelajaran
IPS
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Dalam aturan madrasah
yaitu tetap masuk di tanggal merah meskipun libur PHBI, hari nasional, dan
meniadakan libur semester
Ø Solusi
yang akan datang
Tidak ada
B.
Problem
Internal
Problem
yang secara umum berasal dari siswa sendiri
1. Siswa
mengantuk
Mengantuk memang ditemui dimanapun dan menjadi siswa
sekaligus seorang santri merupakan nilai plus pada seorang anak. Wajar jika
siswa merasa mengantuk di kelas, ini menjadi alasan siswa untuk tidak mau
mendapat materi pembelajaran. Padahal sudah ada aturan untuk tidur/istirahat
pada jam 10 – jam sholat dhuhur, juga sudah ada petugas keliling untuk memberi
sangsi bagi yang tidak tidur tetapi tetap saja ada yang main-main, berkelahi
dsb. Jadi sudah bukan alasan untuk mengantuk
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
a.
Memberi waktu untuk memejamkan mata
sebentar selagi guru menyiapkan media.
b.
Membuat media yang menarik dan
bervariasi si setiap pertemuan sehingga siswa bisa mengikuti alur pembelajaran.
c.
Secara berkala guru juga membuat games
ringan di kelas kadang kala memberi reward agar siswa senang.
Ø Solusi
yang akan datang
Melanjutkan
dari solusi yang sudah dilakukan tetapi lebih difokuskan pada membuat media
yang menarik dan bervariasi si setiap pertemuan sehingga siswa bisa mengikuti
alur pembelajaran
2. Siswa
lebih suka mendapat cerita dari pada mendapat materi
Berada pada titip bosan adalah hal manusiawi, bosan
karena mendapat materi terus menurus, bosan karena cara pebelajaran dsb.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Mengunakan sumber
belajar dan media yang jarang digunakan sehingga siswa tertarik
Ø Solusi
yang akan datang
Menyempurnakan solusi
yang sudah dilakukan

Gambar 6
Memanfaatkan
koran sebagai sumber dan media pembejaran
3. Materi
umum kurang diprioritaskan
Para siswa cenderung mengabaikan pelajaran umum dan
menganggap hal duniawi dan tidak ada hubungannya dengan akhirat. Jika ditanya
cita-cita jawabnya tidak ada yang ingin jadi pemimpin daerah rata-rata ingin
menjadi tokoh agama.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
a. tetap
menyampaikan materi dan terus memberi pengarahan walaupun tetap saja beberapa
siswa teguh pada pendiriannya,
b. memberikan
selembar kertas kecil untuk ditulikan kesan pembelajaran semester sebelumnya
dan harapan kedepannya.
Ø Solusi
yang akan datang
Melanjutkan solusi yang
sudah dilakukan

Gambar
7
Kertas-kertas
berisi penilaian semester lalu dan harapan semester depan
4. Gampang
terpancing untuk berkelahi
Siswa di madrasah ini terdiri dari berbagai suku
dari berbagai daerah di Indonesia, karena perbedaan budaya dan kebiasaan inilah
berkelahi sudah menjadi hal lumrah.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Hal ini sulit
dihindarkan meningkat diusianya anak sangat aktif, terus dilakukan pengarahan
Ø Solusi
yang akan datang
Terus dilakukan
pengarahan, Salah satu contoh pengarahan, dengan memberi info bahwa
saudara-saudara kita di luar sana terkena bencana

Gambar 8
Siswa
membawa tulisan “Pray For Aceh” sebagai bentuk kepedulian
5. Siswa
tidak tertib dalam seragam dan datang terlambat
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Menanyain
siswa dan memberi pengarahan langsung, tidak memberi sangsi karena sudah ada
petugas keliling (keamanan) yang menindak siswa telat dan tidak memakai
seragam.
Ø Solusi
yang akan datang
Melanjutkan
solusi yang pertama dengan menfokuskan pada pengarahan

Gambar
9
Telihat
ada siswa yang tidak memakai seragam
dan
tidak membawa meja kecil/rehal
6. Tidak
membawa LKS dan Buku tulis
Kadang kala siswa tidak membawa LKS dan buku tulis
dengan alasan yang sudah familiar seperti hilang, ketinggalan,
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Untuk
yang ketinggalan pertama dimaafkan untuk yang kedua langsung di beri sangsi di
tempat, sedangkan yang hilang untuk pertemuan yang akan datang wajib membawa
LKS fotocopyan
Ø Solusi
yang akan datang
Tetap
menindak tegas karena masalah seperti ini ditemui di setiap kelas
7. Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep merupakan konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para
ilmuwan pada bidang yang bersangkutan (Suparno, 2005). Novak (dalam Suparno,
2005) menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah
disebut dengan miskonsepsi. Brown (dalam Suparno, 2005) memandang miskonsepsi
sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu
gagasan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah. Hal ini ternyata tidak kita
duga sebelumnya
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Mereview
pembelajaran yang telah diajarkan dan memastikan anak tidak salah konsep.
Ø Solusi
yang akan datang
Melanjutkan
solusi yang sudah dilakukan
8. Daya
tangkap
Daya tangkap setiap anak dalam menerima pembelajaran
berbeda-beda ada yang cepat dan agak lambat. Di sekolah ini tidak ada kelas
khusus yang cepat dan lambat.
Ø Solusi
yang sudah dilakukan
Memastikan
semua siswa paham dengan menanyakan secara acak dan jika ada yang belum paham
mengulang dari materi yang belum paham
Ø Solusi
yang akan datang
Lebih
mengunakan media-media yang pembuat siswa lebih cepat faham
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas kesimpulan dapat di rangkum dalam sebuah flow chart seperti
berikut :


Setiap
problem mempunyai solusi sendiri dalam mengatasinya tetapi masih ada berberapa
problem yang belum terselesaikan atau solusi kurang maksimal, harapan kedepanya
menjadi lebih baik lagi baik problem eksternal maupun internal.
DAFTAR
PUSTAKA
Umar Tirtarahardja.
Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. 2008.
Abdul Majid.
Perencanaan Pembelajaran. Rosda.
Bandung. 2012
Daftar siswa kelas
VII MTs Al Fatah. Kantor Tata Usaha MTs AL Fatah Temboro.
Dokumentasi pribadi
penulis
KBBI Online (http://kbbi.web.id/)
diakses pada januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar